Fenomena Kuno dalam Kemasan Mutakhir
Kajian dan penemuan yang memaparkan 'fakta' tentang sisi lain kehidupan dan ajaran Yesus, jelas mengusik kekristenan. Tetapi sebenarnya, tidak hanya sekarang ini saja kekristenan diusik. Ketika masih hidup, keberadaan Yesus sudah dipertentangkan oleh golongan-golongan yang kontra dengan ajaran-Nya.
Setelah itu, pandangan negatif ten-tang kekristenan terus berlanjut. Tiga penulis Roma dari periode antara 110 sampai 120, menampilkan Yesus dan kekristenan dalam nada negatif. Orang Romawi memandang Yesus sebagai pembuat kekacauan. Dan, kekristenan sebagai gerakan yang memercayai takhayul. Yesus dan kekristenan berbahaya buat negara.
Pembuat Kerusuhan
Orang Roma 'bersentuhan' dengan Yesus saat mereka dihasut petinggi agama Yahudi untuk menghukum mati Dia karena melakukan pemberontakan pada kaisar Roma. Dan, setelah itu pengikut Kristus diburu kaum ulama Yahudi. Suetonius Transquilis (70-130), ahli sejarah Romawi yang kemudian diangkat menjadi seorang pejabat tinggi admistratif dalam pemerintahan Trajanus dan Hadrianus, memandang Yesus sebagai penghasut yang menimbulkan keresahan dan kerusuhan. Yesuslah yang menyebabkan orang-orang Yahudi diusir dari kota Roma di bawah pemerintahan kaisar Klaudius (41-54). Dalam bukunya, De Vita Caesarum (sekitar 120 M) Suetonius menyebut, "Karena orang-orang Yahudi itu telah terus menerus di bawah pengaruh Kristus menimbulkan keresahan, maka ia (Klaudius) mengusir mereka dari kota Roma". Pengusiran orang Yahudi ini tercatat dalam Kisah Para Rasul 18:2. Salah satu yang terusir adalah Priskila dan Akwila yang akhirnya mempertemukan mereka berdua dengan Paulus; dan menjadi tonggak penting dalam perkembangan gereja.
Cornelius Tacitus (56-118M), senator dan sejarawan Roma yang termasyur karena dua karya sejarahnya, Annals dan Histories, menggambarkan Yesus sebagai penjahat yang membuat kekacauan, yang membuat gerakan di Yudea lalu berhasil menguasai Roma. Dalam Annals 15:44, ia menggambarkan tentang meninggalnya Yesus. Kematian Yesus adalah akibat dari pembelokan tuduhan pada Kaisar Nero atas kasus terbakarnya kota Roma. "Sebab itu, untuk memadamkan isu bahwa pembakaran Roma terjadi atas perintahnya Nero menyodorkan pelaku kejahatan itu dan menghukum orang-orang yang dibenci karena kejahatan mereka dengan cara yang paling mengerikan. Orang-orang itu disebut sebagai orang Kristen, pengikut Kristus. Kristus yang menjadi sumber penamaan itu, telah menjalani hukuman mati selama pemerintahan Tiberius, melalui perintah, Pontius Pilatus, wakil kaisar di Palestina. Dan, takhayul yang paling merusak itu untuk sementara dapat dikendalikan. Tetapi kembali pecah, bukan saja di Yudea, sumber utama kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana segala sesuatu yang mengerikan dan memalu-kan berkumpul dan dipraktikkan."
Pliny Muda (sekitar 61-113M), gubernur Britania di Asia Kecil tahun 111-113 menulis pada Kaisar Trajan untuk meminta nasihat bagaimana menangani orang-orang Kristen. Rupanya, kebiasaan orang Kristen yang mengagungkan Kristus mengganggu mereka. Perikop yang menarik ini ditemukan dalam Surat-surat, Buku X. Pliny menjuluki kekristenan sebagai bentuk "takhayul yang berlebihan". Orang-orang yang ingin menolak tuduhan sebagai orang Kristen harus membuktikannya dengan cara memberi hormat pada patung dewa dan gambar sang kaisar. Lalu mempersembahkan kemenyan. Menuangkan anggur pada patung-patung dan gambar itu sambil menghujat nama Kristus. Mereka tahu persis orang Kristen yang sejati tidak akan mau melakukan itu.
Pengaburan Sejarah Yesus
Jika para sejarawan Roma memandang Yesus sebagai seseorang pembuat onar, beda lagi pendapat para kaum rasionalis pada abad pencerahan. Pada abad ke-18 itu rasio diceraikan total dari iman. Segala sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan rasio, ditolak kebenarannya. Dalam situasi seperti inilah, kaum rasionalis menolak kisah-kisah Alkitab yang supernatural (misalnya tentang mukjizat), termasuk kisah Yesus misalnya tentang keilahian Yesus, kelahiran dari perawan, mukjizat yang Dia lakukan maupun kebangkitan-Nya. Gambaran Yesus di dalam Alkitab dianggap tidak akurat. Itu hanya merupakan hasil refleksi teologis dari para penulis yang tidak sesuai dengan kehidupan Yesus. Mereka membedakan antara Yesus Sejarah dan Yesus Iman. Isu ini mulai mencuat ke permukaan melalui buku The Fragment pada tahun 1774 yang ditulis oleh Herman S. Reimarus. Sejak itu, inti pemikiran ini terus menerus digali dan mendapat kemasan baru di setiap zaman. Hingga sekarang, dalam formatnya yang paling mutakhir, muncullah berbagai film, buku, dan novel yang menggambarkan figur alternatif seorang Yesus.
Menurut Craig Evans dalam Merekayasa Yesus, gambaran Yesus yang menyimpang dari Alkitab itu muncul karena para penulis itu memperlakukan dokumen-dokumen kuno sebagai bahan bersandi yang harus disingkap maknanya. Ada juga penulis lain yang menarik kesimpulan berdasar legenda, dokumen palsu dan kasak-kusuk yang belum terbukti kebenarannya. Penulis lainnya menggabungkan temuan arkeologi yang sah dengan tebak-tebakan yang sangat spekulatif. Akhirnya, kita pun menjadi bingung.
Legenda dan Kebohongan yang Menjadi Sejarah
Cawan Suci, pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena yang kemudian melahirkan keturunan kaum ningrat Perancis, adanya Biarawan Sion yang dibidani Leonardo da Vinci, Victor Hugo, Sir Isaac Newton seperti yang diungkapan Dan Brown dalam The Da Vinci Code bersumber pada buku The Holy Blood, The Holy Grail karya Michael Baigent dan Richard Leigh. Kesimpulan itu mereka buat berdasar penemuan surat rahasia Biarawan yang tersembunyi di Bibliotheque Nationale Prancis. Mereka juga menemukan petunjuk penting dalam karya seni dan legenda yang berkaitan dengan Rennes le Ch?teau. Jauh sebelum Baigent dan Leigh menulis buku itu (tahun 1982), rumor akan adanya harta tersembunyi dan Biarawan Sion telah diekspos oleh Pierre Plantard pada tahun 1956. Saat itu, mereka menunjukkan dokumen Prancis dan Latin yang berkaitan dengan Biarawan Sion, yang tak pernah ada.
Namun, sebetulnya semua itu hanyalah kebohongan belaka. Akhirnya Plantard mengakui kebohongannya dan dipenjara. Plantard meninggal tahun 2000. Semua kebohongannya sudah dipublikasikan dalam buku The Treasure of Renne-le-Cha-teau: A Mysteri Solved (2003). Sementara, 'ide' tentang pernikahan Yesus dan Maria bersumber dari Injil Filipus dan Injil Maria. Padahal, menurut Evans, di dalam kedua Injil itu sebenarnya tidak ditemukan kisah romantika antara Yesus dan Maria. Saat ditemukan, memang banyak kata-kata yang hilang dalam kedua injil itu. Lalu para ahli berusaha merangkaian kata-kata yang hilang itu hingga akhirnya ditarik kesimpulan bahwa Yesus dan Maria merupakan sepasang kekasih.
Temuan Arkeologis yang Spekulatif
Tentang kemungkinan Yesus tidak pernah bangkit karena tulang-tulangnya sudah ditemukan di Makam Talpiot seperti yang disebut James Tabor dalam bukunya, The Jesus Dynasty (2006) juga merupakan kesimpulan yang ngawur karena berdasar hasil penemuan arkeologis yang masih sangat spekulatif.Mengingat pada abad pertama di Palestina makam keluarga hanya untuk kalangan terhormat sangat tidak masuk akal Yesus punya makam keluarga. Yesus bukan dari kalangan atas dan status-Nya menurut hukum Roma adalah penjahat yang dihukum mati. Selain itu, saat makam Talpiot ditemukan 10 tahun yang lampau (sudah didokumetasi oleh BBC), para ahli sejarah Perjanjian Baru tidak pernah menyimpulkan makam itu sebagai makam Yesus.
Penelitan kalau tulisan James Tabor dianggap sebagai penelitian dilakukan berat sebelah karena didasari asumsi Yesus memiliki hubungan khusus dengan Maria Magdalena berdasar sumber dari Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena Kemungkinan bahwa tulang-tulang yang berdasar inskripsi bernama Yusuf, Maria, Yesus, Maria Magdalena dan Yakobus (yang ini belum dapat dipastikan karena DNA-nya belum diteliti) adalah benar-benar Yesus dari Nazareth itu, masih 1:30.000. Nama-nama tersebut merupakan nama yang umum pada masyarakat Yahudi.
Andai Benar Terjadi...
Usaha-usaha untuk mengkaji Yesus berdasar berbagai sumber di luar Alkitab, sampai sekarang masih berlangsung. Ilmu memang harus berkembang. Dan, sejak dulu ilmu dan iman tidak pernah bisa bejalan seiring. Nah, seandainya kelak semua temuan arkeologis tentang Yesus itu benar, apa yang akan terjadi? Apakah iman Kristen akan runtuh? Mengutip pendapat Martin L Sinaga, "Iman, tidak boleh berdasarkan pada sejarah. Sebab kalau iman itu berdasar sejarah, maka kita sama dengan tidak beriman, tetapi hanya menjadi seorang sejarawan. Jadi, Anda termasuk golongan yang mana, orang beriman atau sejarawan?"
Aretikel terkait :
Yesus Masih Mati Para Pakar Berpendapat
Apakah Kain Kafan Turin Itu Asli
Yesus Hanyalah Sebuah Rekayasa
~ bahana ~