Virus Lagu, Lagu Virus
Seandainya semua yang kita nyanyikan menjadi kenyataan, lagu apa yang akan kita nyanyikan?
“Jadikan aku yang kedua,Buatlah diriku bahagia,Walau engkau tak kan pernah,Kumiliki ‘tuk selamanya”
Begitu bunyi refrain lagu Jadikan Aku Yang Kedua yang melejitkan Astrid (25). Menurutnya, konsep lagu ini nakal tapi tidak genit. Ia sungguh amat menyatu dengan lagu ini. Pasti hasilnya akan lain kalau bukan mantan best vocal festival band SMA se-Surabaya ini yang menyanyikannya. Kombinasi lagu, penyanyi, dan aransemen keren menjadikannya juara 2 Lomba Cipta Lagu Pop Indonesia 2006.
Lagu ini juga menjadi saksi jet coaster nasib Ajeng Astiani (14) dan Mama Cindy. Ia berhasil menyisihkan 3.000-an kontestan dalam audisi penyanyi Mama Mia, kontes bakat untuk remaja putri di stasiun TV Indosiar. Hadiahnya 100 juta. Dari seorang pengamen bis kota jurusan Grogol-Kampung Rambutan, kini ia menjadi selebriti bersama 11 finalis lainnya. Kalau menang, ia tak perlu mengamen lagi. Ia bisa hidup cukup dari hadiah kontes. Sayang ia cuma masuk empat besar, dikalahkan oleh Mytha, Margareth, dan Firsha. Begitupun nasibnya berubah drastis. Bukan cuma Ajeng yang menggantungkan nasibnya pada lagu nakal ini. Lagu Jadikan Aku Yang Kedua menjadi lagu paling digemari dan banyak dipilih oleh para ABG peserta audisi! Sampai di sini semuanya baik-baik saja. Astrid senang. Ajeng dan Mama Cindy hepi. Penonton terhibur. Duit produser kumpul. Pedagang CD dapat rezeki. Lagu ini telah membahagiakan banyak orang. Lalu, apa masalahnya? So what gitu loh?
Ini dia masalahnya. Coba simak liriknya. Seorang wanita yang menyanyikan lagu Jadikan Aku Yang Kedua, berarti ia sedang mendeklara-sikan kesediaannya menjadi “orang kedua” bagi kekasihnya. Padahal, orang kedua itu bisa berarti: pacar gelap, gundik, istri muda, wanita simpanan, atau sejenisnya. Kembali ke acara Mama Mia. Isi pesan lagu favorit para remaja putri ini sangat kontradiktif dengan pesan moral dari acara itu: hubungan harmonis seorang ibu dan putrinya. Kalau sebuah lagu benar-benar merupakan ungkapan hati seseorang, ibu mana yang rela putrinya yang baru berusia 14 tahun membuat “pengumuman” di televisi lewat lagu yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia bahwa ia bahagia menjadi wanita simpanan? Dengan kata lain, lagu ini membenarkan praktek perselingkuhan. Celakanya, yang diselingkuhi juga bahagia. Bang Oma pun akan bilang: Terlalu!
“Ah, itu kan cuma lagu pop, yang habis manis sepah dibuang. Dilupakan orang. Tak perlu takut berlebihan coy. Parno amat sih,” begitu mungkin pikir kita. Eeiiit… tunggu dulu Bung. Sebuah lagu yang dinyanyikan terus-menerus bisa menjadi kenyataan lho. Mau bukti? Ketika W.R. Supratman menciptakan lagu Indonesia Raya, pada 1928, Indonesia belum merdeka. Lagu ini merupakan sebuah visi profetik tentang Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat. Negara Kesatuan Republik Indonesia belum terbentuk. Tapi, “cuma” butuh waktu 17 tahun, pada 1945 lagu itu sudah menjadi kenyataan.
LAGU BISA MENJADI KENYATAAN
“Telah kuserahkan, tubuh, harta dan jiwakuTapi kau malah menghilang bagai hantu tak tau maluLelaki buaya darat, buset aku tertipu lagi”
Siapa yang tidak tahu lagu Teman Tapi Mesra? Dari pengamen di lampu merah, ABG yang jalan-jalan di mall, para eksekutif yang berkaraoke, sampai nenek-nenek hafal lagu hit duo Ratu ini. Sebenarnya Astrid cuma pewaris “takhta Ratu” berikutnya. Pewaris dalam hal melanjutkan tema-tema lagu yang mempropagandakan perselingkuhan. Tidak perlu mengerutkan dahi untuk menangkap pesan lagu TTM ini bahwa seseorang yang sudah punya pasangan masih boleh mesra-mesraan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. Mesra di sini bisa berarti mesra psikis. Bisa juga mesra fisik. Jelas lagu ini memasyarakatkan hubungan tanpa komitmen yang ujung-ujungnya adalah seks bebas.
Sebelumnya Ratu sudah memopulerkan tema perselingkuhan ini. Perhatikan lirik lagu Ratu saat masih dalam formasi Maia dan Pingkan Mambo. Judul lagunya, Jangan Bilang Siapa-siapa. Begini refrainnya:
“Setiap kubercinta dengan pacar rahasiakuAku suka, kamu suka sudah jangan bilang siapa-siapa”
Tampaknya, pesan yang terkandung dalam lagu-lagu itu sudah menjadi kenyataan dalam hidup keluarga pencipta dan penyanyi lagu ini, Dhani dan Maia Ahmad. Berbulan-bulan kemelut keluarga membuat kisah Dhani dan Maia menjadi the most wanted story di acara infotainment. Publik diharu biru oleh ultimatum Dhani kepada Maia untuk memilih: bubarkan Ratu atau cerai! Sebelumnya aroma kehamilan misterius Pingkan Mambo telah merebak. Akibatnya, Pingkan dipecat dari Ratu. Masuknya Mulan Kwok menggantikan Pingkan melejitkan Ratu sekaligus memperkeruh konflik. Ada gosip perselingkuhan Dhani dengan Mulan. Ada bukti foto mereka berdua mesra. Rupanya mereka sedang mempraktikkan lagu TTM. Orang lalu menghubung-hubungkan bahwa itulah yang mengilhami Maia mencipta lagu Buaya Darat, yang juga amat populer. Begini liriknya:
“Telah kuserahkan, tubuh, harta dan jiwakuTapi kau malah menghilang bagai hantu tak tau maluLelaki buaya darat, buset aku tertipu lagiMulutnya manis sekali, tapi hati bagai srigala”
Kemelut rumah tangga ini masih berlanjut sampai sekarang. Tidak seperti lagu Indonesia Raya, tak butuh lebih dari setahun, hampir semua lagu Duo Ratu telah menjadi kenyataan. Jadi, bayangkanlah, seandainya semua lagu yang kita nyanyikan menjadi kenyataan, lagu-lagu apakah yang akan kita nyanyikan setiap hari? Tentu para wanita tak sudi menyanyi Jadikan Aku yang Kedua, TTM, atau Buaya Darat. Celakanya, lagu-lagu manis bertemakan perselingkuhan amat berlimpah di Indonesia. Misalnya, Maafkan Aku (Ungu), Sephia (Sheila on 7), Bahagia (Melly), Janji di Atas Luka (Audy), Aku Cinta Kau dan Dia (Dhani Ahmad). Lagu dangdut jauh lebih banyak lagi. Lagu Barat yang amat populer, misalnya How Can I Tell Her About You (Lobo), I’ve Been Away Too Long (George Baker Selection), dan banyak lagi.
LAGU ADALAH MEDIA YANG EFEKTIF
Pesan lagu masuk melalui alam bawah sadar manusia. Ketika seseorang diberi tahu secara verbal suatu kebenaran lewat dialog, yang akan bekerja adalah otak kirinya. Ia akan menganalisisnya secara kritis. Pesan itu baik atau buruk. Benar atau salah. Kalau menurutnya baik, akan diterima. Kalau menurutnya buruk, akan ditolak. Tapi, ketika suatu pesan disampaikan lewat lagu, ia akan masuk tanpa hambatan melalui otak kanan. Kalau orang suka melodinya, ia akan kehilangan daya kritisnya. Ia akan menyanyikannya begitu saja dan tanpa sadar menyetujui liriknya. Sebaliknya, akan jauh lebih mudah bagi seseorang untuk menghayati bahwa Allah itu Mahakuasa dan Mahakudus saat ia melantunkan syair Kudus, kudus, kudus, Allah mahakuasa dalam lagu Holy, Holy, Holy, misalnya, daripada bila ia cuma mengucapkan atau mendengar orang memberi tahu dia: “Allah itu mahakuasa dan mahakudus lho.” Lewat lagu ia bisa merasakan (proses afektif dengan otak kanan) kekudusan dan kebesaran Allah. Sedang lewat kata tanpa nada ia cuma bisa memikirkannya (proses kognitif dengan otak kiri).
Lagu menyentuh emosi yang terdalam. Ia bisa membuat hati manusia terbuka untuk menerima pesan Injil. Para pelopor gerakan praise & worship paham betul itu. Mungkin karena itulah, dalam liturgi ibadah Kristen, sebelum firman atau saat altar call selalu ada lagu yang dinyanyikan. Sejarah kekristenan tak terpisahkan dari lagu. Walau tak mengurangi kesakralannya, bisakah kita memisah-kan lagu Malam Kudus dari Natal? Liturgi dan ibadah gereja tak bisa dipisahkan dari lagu dan musik. Betapa boringnya gereja tanpa musik. Gereja memberikan kontribusi berharga bagi musik dunia, yaitu dasar teori musik modern. Harmoni musik pop zaman sekarang pun berakar pada harmoni musik gereja yang dicipta para komponis klasik abad ke-17, seperti Johan Sebastian Bach, Ludwig von Bethoven, atau yang lebih baru Wolfgang Amadeus Mozart. Pada masa itu sebuah komposisi diciptakan kalau bukan untuk untuk raja, ya untuk gereja.
Kisah penciptaan lagu Hallelujah Chorus ini menggambarkan kuatnya pengaruh musik terhadap sanubari manusia. Setelah G. F. Handel berkutat 20 hari untuk menyelesaikan komposisinya. Tibalah saatnya orkestra dan paduan suara mementaskan lagu itu di depan Raja George II. Konser berlang-sung sangat megah. Agung. Khusyuk. Silih berganti perasaan pendengar dibawa naik ke surga. Bersahutan, berkejaran suara sopran, alto, tenor, bas melantun Hallelujah! Hallelujah! And He shall reign forever and ever! Hallelujah!
Para bangsawan Inggris hanyut dalam kemuliaan Allah yang bangkit dan naik surga. Semua orang dicekam hadirat Allah. Tak ada suara. Tak ada kata. Ada yang terpana. Ada yang meneteskan air mata. Klimaksnya, raja tak tahan duduk di singgasananya. Ia melepas mahkota, meletakkannya di lantai lalu berkata, “Di hadapan Sang Raja segala Raja aku tak layak duduk di singgasana memakai mahkota. Bagi Dialah segala pujian, hormat, dan kemuliaan” Jadi, sekarang lagu apa yang akan kita nyanyikan?
~ bahana ~