Mari ke rumahku…

Dirumah kita, orang-orang bisa mengenal siapa kita sebenarnya. Para pembantu rumah-tangga bisa jadi lebih mengenal pribadi seseorang lebih daripada orang lain. Setiap rumah-tangga mempunyai cerita tersendiri dengan problemanya masing-masing. Tak pernah ada rumah-tangga yang bebas dari konflik dan masalah. Kita bisa menjadi pribadi yang dicintai, disayangi, dihormati dirumah, ataukah pribadi yang 'ditakuti' karena kita menjadi sosok 'penindas' di rumah sendiri. Dari situlah terletak pemilihan kita, apakah kita ingin mengotori rumah kita sendiri atau menjaganya tetap "bersih".

Rumah yang cantik dan indah belum tentu "bersih". Seperti rumah ini :




Masa perbudakan tampaknya masih belum berakhir. Belum lama ini tertangkap peristiwa yang ramai di koran dan televisi. Pasangan suami-istri multimillionaire di Muttontown USA bernama Varsha Mahender Sabnani dan Mahender Murlidhar Sabnani, mereka adalah pengusaha yang sukses, tapi selama 5 tahun mau "repot-repot" menganiaya dua orang pembantunya (Samirah dan Nona) asal Indonesia. Pembantu ini mereka pukuli, tubuhnya disulut dengan api rokok, disiram air panas serta dilukai dengan pisau, kalau melakukan kesalahan dihukum naik-turun tangga 250 kali. Keduanya juga dipaksa bekerja 21 jam setiap harinya dan mendapat upah jauh dibawa standard. Di rumahnya yang sangat mewah itu, dua orang 'budak' itu hanya tidur beralas tikar di basement rumah dan tentu saja makanannya juga tidak memadai. Ironis sekali, dirumah mereka yang mewah, bersih dan indah itu, mereka 'mengotori' rumah mereka sendiri.

Betapa banyak dari kita perhitungan sekali soal makanan dirumah. Bahkan mungkin ada banyak orang 'berderma' diluar tapi melupakan 'pegawai' ditempat sendiri yang juga memerlukan kasih kita. Ada seorang 'hamba Tuhan' yang cukup terkenal berkhotbah kemana-mana, tapi menggaji sopirnya dibawah UMR padahal si sopir ini punya anak-istri. Bicara "cari jiwa" diluaran, tapi ia lupa bahwa sopirnya itu juga "jiwa", pantas saja sopirnya ini 'kurang gizi'. Berapa banyak dari kita bisa berbicara manis diluaran, tetapi tak bisa ramah jika berada di rumah. Senang menakut-nakuti orang-orang yang ada di rumah untuk memuaskan hasrat kita untuk 'dihormati'?.

Ada banyak orang yang lupa bahwa pembantu rumah-tangga adalah bagian dari sebuah rumah, mereka juga adalah jiwa, makhluk yang diciptakan Allah. Kepada mereka, banyak diantara kita menitipkan 'harta kita yang terbesar' yaitu anak-anak kita, karena kita sibuk bekerja di kantor seharian. Tapi kita sering lupa untuk berlaku ramah kepada mereka walaupun mereka telah kita berikan tanggung-jawab yang besar untuk 'momong' anak-anak yang kita tinggalkan di rumah.

Alkitab menulis beberapa catatan peristiwa dimana keakraban seseorang dicerminkan dengan undangan seseorang untuk makan dirumahnya. Contoh Lazarus bersaudara sering mengundang Yesus untuk makan dirumahnya. Zakheus juga demikian. Petobat baru, seorang kepala penjara di Filipi mengundang Paulus makan dirumahnya (Kisah 16:34). Lidia juga mengundang sang rasul untuk datang kerumahnya (Kisah 16:14-15). Contoh-contoh tindakan "mengundang ke rumah" ini adalah juga tindakan untuk "bersedia dikoreksi" dalam masa pertobatannya yang baru itu. Rumah kita adalah lahan koreksi diri kita. Dan koreksi diri itu bermula dari hati yang sudah menanggalkan 'topeng'.

Tuhan Yesus menunggu dengan sabar, kapan kita mau dan bersedia dikoreksi, Ia melakukannya dengan kelembutan, diibaratkan dengan cara 'jamuan makan malam' yang akrab dengan Dia :


* Wahyu 3:20
LAI TB, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
KJV, Behold, I stand at the door, and knock: if any man hear my voice, and open the door, I will come in to him, and will sup with him, and he with me.
TR, ιδου εστηκα επι την θυραν και κρουω εαν τις ακουση της φωνης μου και ανοιξη την θυραν εισελευσομαι προς αυτον και δειπνησω μετ αυτου και αυτος μετ εμου
Translit interlinear, idou {perhatikan} estêka {Aku berdiri} epi {didepan} tên thuran {pintu} kai {dan} krouô {Aku terus mengetuk} ean {jikalau} tis {ada orang} akousê {mendengar} tês phônês {suara} mou {-Ku} kai {dan} anoixê {membuka} tên thuran {pintu} kai {lalu} eiseleusomai {Aku akan datang} pros {kepada} auton {dia} kai {lalu} deipnêsô {Aku akan makan (malam; 'supper')} met {bersama} autou {-nya} kai {dan} autos {ia} met {bersama} emou {Aku}


Mari kerumahku…., koreksi diriku….

Persekutuan di rumah-rumah, ala 'jemaat mula-mula', makan bersama ('memecah-mecah roti' Kisah 2:46) itu sangat indah, kita bisa saling koreksi. Seorang tuan rumah yang baik tentu akan menjamu tamu-tamunya dengan baik, ini tentu dilihat oleh semua anggota keluarga (termasuk para pembantu atau sopir). Mereka paling bisa menilai kita sedang menggunakan 'topeng' atau memang tulus demikian. Kesaksian yang hidup dihadapan orang-orang yang 'dekat' dengan kita, juga merupakan hal yang penting.

….buka dulu topengmu, buka dulu topengmu, biar kulihat warnamu… kata Ariel Peterpan



Blessings in Christ,
Bagus Pramono
May 22, 2007


~ Sarapan Pagi-Renungan ~




AddThis Social Bookmark Button