Sersan Galak
Mamat, seorang pemuda canggung mendaftar menjadi tentara sukarelawan. Latihan militer pun dipimpin Sersan Joko yang sangat keras dan galak.
"Lencang depan, grak.. Hadap kanan grak!" Semua prajurit menghadap kanak kecuali Mamat yang justru menghadap ke arah berlawanan.
"Hey, kamu, siapa namamu??? Tiadak tahu beda kanan dan kiri ya?? Dasar bodoh sekali kamu ini!"
"Siap komandan. Nama saya Mamat. Saya akan perbaiki."
"Siap, hormat, tegak senjata.." Semua serempak mengikuti, kecuali Mamat yang justru masih memegang senjata di depan dada.
"Kamu, dasar bodoh! Tidak dengar aba-baa ya?" Bentak Sersan Joko.
"Siap komandan, saya akan perbaiki."
"Hadap kanan, jalan di tempat, kiri kanan kiri.."
Semua langkah berderap rapi dan serempak, kecuali satu prajurit yang melangkah dengan kaki kanan saat aba-aba kiri dan kaki kiri saat aba-aba kanan.
"Berhenti, grak... Hey, Mamat. Aku tidak sedang melatih anak SD, aku melatih tentara dewasa! Kenapa langkahmu selalu telat? Kamu memang bodoh. Dengar aba-aba!!"
"Siap, komandan. Saya akan perbaiki."
Hari itu, berulang kali Mamat dibentak, dihukum, dan dicaci maki karena berbagai kesalahan yang dibuatnya. Keesokan harinya, tiba giliran latihan menembak.
"Arahkan senjata, bidik, tembak!" Seru Sersan Joko. Rentetan tembakan ke arah sasaran bergema. Namun, apa yang terjadi dengan sasaran Mamat? Ia justru menembak sasaran yang menggambarkan warga sipil, bukan musuh.
"Prajurit bodoh! Saat perang pasti kamu sudah membunuh teman-temanmu. Dasar kamu memang bodoh, tidak pantas jadi prajurit! Apa tujuanmu masuk tentara?"
"Siap komandan, saya akan perbaiki. Tujuan saya adalah ingin menjadi seorang kolonel."
"Kamu prajurit bodoh tidak akan pernah jadi kolonel! Jadi kopral-pun tidak! Dasar kamu bodoh!"
Di hari berikutnya, latihan memasang tenda pun diadakan. Para calon prajurit disuruh memasang tenda dalam sekian menit. Tenda harus kuat dan tidak mudah roboh. Namun lagi-lagi Mamat terlambat melebihi waktu. Bukan hanya itu, ketika Sersan Joko memeriksa tendanya, dalam sekali sentak tenda itu langsung roboh.
"Hey, Mamat! Selama sepuluh tahun aku melatih prajurit, baru kali ini aku melatih prajurit sebodoh, sedungu, dan sesial dirimu! Apa kamu tidak punya otak???"
"Siap komandan. Saya akan perbaiki."
Dua puluh tahun berlalu, perang sudah lama selesai. Sebuah parade militer dilangsungkan di tengah kota. Sepasang orang tua tampak melihat salah satu tentara yang sering terlihat agaka gugup dan beberapa kali melakukan kesalahan. Persis sama seperti prajurit Mamat dua puluh tahun yang lalu. Seorang sersan tua mendatangi kedua orang tua itu.
"Jadi, Sersan Joko... Apa Anda kira anak kami akan bisa sukses menjadi tentara?" Tanya bapak tua yang sedari tadi mengamati prajurit gugup itu.
"Saya rasa tidak akan sukses... Saya rasa tidak Kolonel Mamat."
~ motivator smartbook ~