JOHANN GOTTLIEB SCHWARZ
Rasul Di Tanah Minahasa
Nederlandsch Zendeling Genootscahp (NZG) adalah sebuah organisasi misi kebangunan rohani yang berkedudukan di Rotterdam, Belanda. Schwarz yang lahir di Jerman tanggal 21 April 1800 ini tergabung di dalamnya atas permintaan pembimbingnya di sekolah misi Berlin. Tempat ia belajar berbagai hal selama 5 tahun mulai dari ilmu eksakta, bahasa Inggris, Latin, Yunani, Ibrani, dogmatika, homilitika, musik, melukis, pastoral praktis bahkan memasak.
Bulan November 1829, ketika Schwarz berusia hampir 30 tahun, ia berangkat berlayar menuju Tanah Minahasa, Sulawesi Utara. Oleh NZG ia diminta untuk mengupayakan pendidikan bagi tenaga-tenaga pribumi untuk memberitakan Injil. Bukan dengan cara menyebarluaskan perbedaan konvensi, melainkan ‘kekristenan dalam hati’. Salah satu hal pokok yang ditekankan NZG adalah mengenai pembaptisan. Ketulusan dan keyakinan seorang calon baptisan harus menjadi kriteria utama dalam pembaptisan yang akan dilaksanakan oleh Schwarz.
Bulan Juni 1831, Schwarz bersama rekannya JF. Reidel tiba di Manado. Di sini era pembangunan jemaat Kristen telah dimulai. Residen penguasa setempat mengantarkan Schwarz ke tempat yang dipilihnya yaitu Kakas dan kemudian menetap di Langoan. Dalam melaksanakan tugas memberitakan Injil, Schwarz memakai metode yang sangat sederhana. Ia menggunakan kata-kata yang hidup dalam masyarakat tanpa bentuk-bentuk tertentu, tanpa catatan dan tanpa buku-buku. Ia mengajarkan Injil melalui bahasa yang bisa dipahami masyarakat setempat, dan karena pembawaannya yang ramah ia mampu mengadakan pendekatan pada mereka.
Setelah beberapa tahun di ladang misi, Schwarz mulai melirik pembangunan sekolah. Untuk mewujudkan hal ini, ia mengajak jemaat untuk membangun sekolah Kristen dan sekolah Alifuru khusus bagi yang belum menerima Injil. Rencana ini terwujud dengan baik berkat kerja sama dengan pemerintah waktu itu. Di kemudian hari sekolah Alifuru berubah menjadi sekolah zending. Dari situlah cahaya penginjilan bersinar sehingga para orangtua turut mengikutinya.
Pada tahun 1839, Schwarz menikah dengan Constans yang belakangan banyak membantunya dalam mempelajari bahasa Minahasa. Selain melayani di daerah tempat tinggalnya di Langoan, ia juga sering memberitakan Injil ke daerah-daerah lain, mendirikan sekolah, mengajar keterampilan dan kesehatan. Selain ke Manado, Kema dan Likupang bagian Utara, ia juga sampai ke pesisir Selatan seperti Belang Ratahan. Di mana-mana ia berusaha mendirikan sekolah. Walau ia tidak terlalu pandai mengatur organisasi, tetapi ia memiliki jiwa yang besar dalam misi pelayanannya. Ia mengembara tidak henti-hentinya. Schwarz begitu sibuk dan selalu memikirkan pembentukan jemaat serta kebutuhannya termasuk gedung sekolah dan gereja, penataan dan penyusunan peraturan jemaat.
Schwarz banyak mendirikan jemaat dan ia adalah penginjil pertama yang mengangkat jabatan Penatua dan Diaken. Hal ini dilakukan Schwarz demi untuk kemandirian jemaat. Cara tersebut lalu ditiru oleh misionaris lain dan sampai sekarang pun jabatan gerejawi itu masih berlaku di Tanah Minahasa. Di samping itu untuk mempermudah penilikan jemaat, ia mengangkat pembantu penginjil untuk masing-masing daerah. Tugas yang diberikannya adalah berkeliling mengunjungi jemaat, memberikan pendidikan, berkhotbah serta memonitor perkembangan keadaan jemaat.
Schwarz dan Reidel adalah dua orang pelopor yang meletakkan dasar yang cukup kuat bagi jemaat-jemaat di Minahasa. Dalam 10 tahun pertama pelayanan mereka, sekalipun Reidel lebih berhasil dalam jumlah membaptis orang, namun dalam mendirikan jemaat dan sekolah termasuk luasnya wilayah pelayanan Schwarz jauh melebihi pelayanan Reidel. Inilah hal yang paling menonjol dalam pelayanan Schwarz di samping keberhasilannya mengajarkan keterampilan teknik pertukangan, pertanian, kesehatan, dan membangun peradaban yang baik di Tanah Minahasa.
Nederlandsch Zendeling Genootscahp (NZG) adalah sebuah organisasi misi kebangunan rohani yang berkedudukan di Rotterdam, Belanda. Schwarz yang lahir di Jerman tanggal 21 April 1800 ini tergabung di dalamnya atas permintaan pembimbingnya di sekolah misi Berlin. Tempat ia belajar berbagai hal selama 5 tahun mulai dari ilmu eksakta, bahasa Inggris, Latin, Yunani, Ibrani, dogmatika, homilitika, musik, melukis, pastoral praktis bahkan memasak.
Bulan November 1829, ketika Schwarz berusia hampir 30 tahun, ia berangkat berlayar menuju Tanah Minahasa, Sulawesi Utara. Oleh NZG ia diminta untuk mengupayakan pendidikan bagi tenaga-tenaga pribumi untuk memberitakan Injil. Bukan dengan cara menyebarluaskan perbedaan konvensi, melainkan ‘kekristenan dalam hati’. Salah satu hal pokok yang ditekankan NZG adalah mengenai pembaptisan. Ketulusan dan keyakinan seorang calon baptisan harus menjadi kriteria utama dalam pembaptisan yang akan dilaksanakan oleh Schwarz.
Bulan Juni 1831, Schwarz bersama rekannya JF. Reidel tiba di Manado. Di sini era pembangunan jemaat Kristen telah dimulai. Residen penguasa setempat mengantarkan Schwarz ke tempat yang dipilihnya yaitu Kakas dan kemudian menetap di Langoan. Dalam melaksanakan tugas memberitakan Injil, Schwarz memakai metode yang sangat sederhana. Ia menggunakan kata-kata yang hidup dalam masyarakat tanpa bentuk-bentuk tertentu, tanpa catatan dan tanpa buku-buku. Ia mengajarkan Injil melalui bahasa yang bisa dipahami masyarakat setempat, dan karena pembawaannya yang ramah ia mampu mengadakan pendekatan pada mereka.
Setelah beberapa tahun di ladang misi, Schwarz mulai melirik pembangunan sekolah. Untuk mewujudkan hal ini, ia mengajak jemaat untuk membangun sekolah Kristen dan sekolah Alifuru khusus bagi yang belum menerima Injil. Rencana ini terwujud dengan baik berkat kerja sama dengan pemerintah waktu itu. Di kemudian hari sekolah Alifuru berubah menjadi sekolah zending. Dari situlah cahaya penginjilan bersinar sehingga para orangtua turut mengikutinya.
Pada tahun 1839, Schwarz menikah dengan Constans yang belakangan banyak membantunya dalam mempelajari bahasa Minahasa. Selain melayani di daerah tempat tinggalnya di Langoan, ia juga sering memberitakan Injil ke daerah-daerah lain, mendirikan sekolah, mengajar keterampilan dan kesehatan. Selain ke Manado, Kema dan Likupang bagian Utara, ia juga sampai ke pesisir Selatan seperti Belang Ratahan. Di mana-mana ia berusaha mendirikan sekolah. Walau ia tidak terlalu pandai mengatur organisasi, tetapi ia memiliki jiwa yang besar dalam misi pelayanannya. Ia mengembara tidak henti-hentinya. Schwarz begitu sibuk dan selalu memikirkan pembentukan jemaat serta kebutuhannya termasuk gedung sekolah dan gereja, penataan dan penyusunan peraturan jemaat.
Schwarz banyak mendirikan jemaat dan ia adalah penginjil pertama yang mengangkat jabatan Penatua dan Diaken. Hal ini dilakukan Schwarz demi untuk kemandirian jemaat. Cara tersebut lalu ditiru oleh misionaris lain dan sampai sekarang pun jabatan gerejawi itu masih berlaku di Tanah Minahasa. Di samping itu untuk mempermudah penilikan jemaat, ia mengangkat pembantu penginjil untuk masing-masing daerah. Tugas yang diberikannya adalah berkeliling mengunjungi jemaat, memberikan pendidikan, berkhotbah serta memonitor perkembangan keadaan jemaat.
Schwarz dan Reidel adalah dua orang pelopor yang meletakkan dasar yang cukup kuat bagi jemaat-jemaat di Minahasa. Dalam 10 tahun pertama pelayanan mereka, sekalipun Reidel lebih berhasil dalam jumlah membaptis orang, namun dalam mendirikan jemaat dan sekolah termasuk luasnya wilayah pelayanan Schwarz jauh melebihi pelayanan Reidel. Inilah hal yang paling menonjol dalam pelayanan Schwarz di samping keberhasilannya mengajarkan keterampilan teknik pertukangan, pertanian, kesehatan, dan membangun peradaban yang baik di Tanah Minahasa.
~ elia stories ~