Yuanita Christiani Tuhan Tidak Tinggal Diam
Kejadian pahit pernah menghampiri Yuanita Christiani (22). Beberapa hari sebelum syuting, kontrak yang sudah disepakati tiba-tiba diputus sepihak. Tapi, Nita tak menyerah.
Nita, panggilan akrab anak kedua dari tiga bersaudara ini duduk di sofa krem berukuran besar. Siang itu, ia terlihat begitu segar. Kulit putihnya tampak kontras dengan sack dress ungu yang membalut tubuh semampainya. Rambut pendek berponi yang menutupi seluruh dahinya, membuat si pemilik wajah oriental itu terkesan aktif dan dinamis.
SELEB CURHAT DAN ESPRESSO
Satu public figure. Satu orang awam. Dari barisan bangku penonton, tepat di baris pertama duduk pelatih. Menatap tajam kedua anak binaannya yang tengah pentas di panggung. Juri tak kalah seriusnya memperhatikan gerakan demi gerakan. Program apakah yang dimaksud? Seleb Dance. Bersama Panji, rekannya yang kocak, keduanya memandu acara Seleb Curhat-membahas keseharian peserta Seleb Dance di ANTV. Sesekali ia tertawa lepas, mengulas gaya lucu nan unik para public figure di sela-sela latihan maupun saat tampil. Tak jarang rasa mellownya pun tertangkap kamera tatkala keduanya membahas peristiwa yang mengharu biru di antara penari, seleb dan pelatih. Gaya kenesnya dalam membawakan Seleb Curhat terlihat pas dengan sosok model iklan shampo ini.
Lain Seleb Curhat lain pula gayanya sebagai pemandu acara infotainment, Espresso. Memandu acara tersebut, pembawa acara Quiz Liga Italy ini tampil ceriwis dalam memaparkan tiap berita rekan artis sesamanya, tapi tetap tampil cantik. Banyak bekerja dengan stasiun tivi tersebut, Nita menganggapnya sebagai keluarga. “Karena sudah dekat, mereka sudah aku anggap sebagai keluarga. Yang nggak mungkin aku lupa saat crew mem-buat pesta kejutan di hari ulang tahunku,” ulas perempuan yang sempat merasa nggak pede jadi bintang iklan. Sebagai pemandu acara tari ia dituntut bisa menari, bukan hanya sekadar tahu. “Aku kan orangnya kaku. Gak bisa nari. Biar lebih luwes membawakan acara ini, aku diberi waktu untuk kursus. Mulai dari salsa, dangdut, chaca, dan R&B, sekarang aku su-dah lumayan menguasai. Sekarang jadi kepingin mahir lagi,” ucapnya sambil tersenyum. Niat alih profesi ya?!
Kedua acara tersebut cukup ampuh mengorbitkan namanya di bidang presenter. Mengapa? Pasalnya ini adalah tahun kelima ia wara-wiri di dunia hiburan. Sebelumnya D’Trex dan Berbagi Suami sempat memasang wajahnya. Menelisik jauh ke belakang, berbagai iklan mulai dari shampo, sabun sampai mie instant telah ia bin-tangi. “Aku percaya Tuhan punya waktu untuk masing-masing anak-Nya. Dan sekarang bagianku.”
Tak takabur dengan berkat Tuhan saat ini, ia juga menyadari persaingan itu tak terhindarkan. Bukan saja ketika namanya melangit. Dari pengalamannya, kapan pun ia dapat tersingkir. “Tiap hari banyak muncul yang lebih cantik. Pernah satu kali ketika sudah deal untuk suatu acara, tiba-tiba aku tersingkir karena ada model baru,” ujarnya tanpa bisa lupa kekesalannya saat itu. Hal inilah yang mempersiapkan dirinya untuk lebih berlapang dada. “Kecewa? Pasti! Tapi setelah berpikir tenang, aku melihatnya itu bukan rezeki aku. Akhirnya aku tetap bisa bersyukur,” jelas juara satu Yamaha Electone Festival Tingkat DKI Jakarta semasa sekolah.
BERPENGHASILAN, LEGALITAS HIDUP BEBAS
Memulai karier sebagai bintang iklan ketika masih berseragam putih abu-abu secara otomatis ia punya penghasilan sendiri. Tapi justru karena punya uang sendirilah yang mengantarkannya pada satu kesedihan tertinggi. Dirinya terpuruk dan kosong. Mahasiswa London School ini menyebutnya sebagai masa transisi perpindahan usia. “Satu masa di mana aku harus berperang melawan egoku. Apa-lagi sifat dasarku keras. Apa yang mau aku lakukan pasti aku lakukan. Aku pikir punya duit sendiri jadi lengkaplah kesombonganku.”
Merasa mampu hidup mandiri dan bertindak semaunya, jadi pilihannya. Kemandirian yang tidak tepat membuat Nita jauh dari keluarga. Apa yang dilarang itulah yang dilakukan. Bahkan jauh dari Tuhan. “Saat itu aku menjadi orang yang nggak mau dinasehatin. Tidak perlu ke gereja. Hubungan dengan Tuhan aku sepelekan. Parahnya nggak butuh Tuhan. Nggak ada yang lebih penting selain senang-senang!” kenangnya. Selama masih hidup masalah akan selalu ada. Saat merasa masalah yang ia alami tak sanggup lagi dibendungnya, maka timbullah pemberontakan. “Masalah demi masalah datang, diperparah aku tipe penyimpan. Apa-apa aku simpan sendiri. Dan itulah puncaknya,” paparnya tanpa mau berbagi lebih rinci tentang persoalannya.
DIMERDEKAKAN FIRMAN
Usai sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Ia kelelahan juga. Kini tinggalah ia yang tak tahu harus apa. Dalam kegamangan seorang teman mengatakan, kalau kamu mau berserah pada Tuhan, berserah total jangan setengah-setengah. Dasar Nita, ia tak langsung bisa percaya. Ia memilih menyendiri untuk mencari tahu apa sesungguhnya yang ia butuhkan.
Kesepian. Kosong. Hampir saja mengantarkannya bunuh diri. Belum sempat hal itu terjadi, ia meraih Alkitab. Buku tentang Allah, pribadi yang selama ini tak terlalu ia gubris. “Aku sangat bingung dan kacau banget. Aku buka Alkitab dan langsung terlihat dari 1 Korintus 10, yang mengatakan pencobaan-pencobaan yang aku alami pencobaan biasa dan sebenarnya aku sanggup melewatinya,” jelasnya tanpa lupa mengakui ia lupa ayat berapa. Nita tak memilih kitab apa yang akan dibacanya. 1 Korintus 10 : 13 terbuka dihadapannya. Selesai membaca ia sungguh dikuatkan. “Itulah titik balik dalam hidupku. Tahu dan sadar sepenuhnya Tuhan tidak tinggal diam. Dia merangkul aku,” ceritanya dengan mata berair. Air dikelopak matanya tak terbendungkan.
Meski kerap ia menumpahkan egonya pada keluarga, pertalian darah tetap tak terpisahkan. Kasih yang kuat itu tetap ada. “Padahal aku anak yang kurang ajar pada keluarga. Tapi mereka tetap sayang dan peduli.” Kesadarannya tak hanya manis dalam ucapan. Ia membuktikannya. “Perubahan dan kembalinya aku juga karena keluarga. Karenanya dengan kejadian itu aku jadi lebih kuat dan makin sayang keluarga,” kisah perempuan yang selalu beribadah tiap minggu bersama keluarga di GBI IKM Honda.
Kecuali di atas, yang sangat dirasakan talent iklan salah satu bank ini adalah selalu ingat ia Anak Tuhan. “Nggak bisa lupa kalau aku anak Tuhan. Ini membuat aku selalu bersyukur dalam segala hal. Termasuk ketika aku sedang nggak ada pekerjaan aku tetap bisa bersyukur,” cerita perempuan yang saban malam bersaat teduh ini. Kalau sekarang nggak pernah sepi job lagi kan?!
HIDUP ADALAH PELAYANAN
Kendati hidupnya pernah kacau, Nita yang ramah ini sempat aktif pelayanan, sebagai pemain keyboard. “Selama SMP aku main musik di gereja. Untuk sekarang ini belum bisa bagi waktu. Jadi vakum dulu.” Vakum pelayanan di gereja bukan lantas berhenti berbakti pada Tuhan. Hidupnya sekarang ini juga merupakan sebuah pelayanan yang Tuhan percayakan. “Hidup aku termasuk kegiatan sehari-hari yang aku jalani ini adalah bagian dari pelayanan.”
Misalnya, ia mencontohkan, ketika diundang sebagai bintang tamu ia akan menyaksikan perjalanan dan kisah hidupnya. “Dengan begitu aku bisa memberkati orang,” imbuhnya singkat.Masih tentang berbakti, presenter cantik ini tak alpa untuk memberikan persepuluhan. Bukan untuk sombong-sombongan tapi ia ingin bersaksi bahwa tak selamanya artis lupa Tuhan. “Aku selalu terapkan persepuluhan. Atau pun ucapan syukur lewat adikku yang setiap bulan rutin mengunjungi panti asuhan bersama komselnya,” cerita Nita.
Bila sedang menjalani profesinya maka inilah yang dilakukannya, berdoa. Menurutnya hal itu sederhana saja, tapi ia melakukannya dengan sepenuh hati. Bukan hanya berdoa seorang diri, dipastikan ia selalu mengajak crew satu produksi untuk berdoa sebelum syuting. Penikmat jus buatan sang mama tiap pagi ini mengaku hidup adalah pelayanan. Jadi tak selalu harus dari mimbar untuk mengartikan pelayanan. Selama kita hidup itu pula yang kelak akan kita persembahkan pada Tuhan. Demi hal ini Nita tak main-main. Pemikiran serupa juga pernah terucap dari sang bunda. “Mama pernah bilang, mata mama cuma dua. Mama nggak tahu kamu ngapain aja. Tapi mata Tuhan ada di mana-mana. Ia tahu apa pun yang kamu lakukan,” tiru Nita. “Jadi prinsipnya takut Tuhan saja!” kata Nita.
Nita, panggilan akrab anak kedua dari tiga bersaudara ini duduk di sofa krem berukuran besar. Siang itu, ia terlihat begitu segar. Kulit putihnya tampak kontras dengan sack dress ungu yang membalut tubuh semampainya. Rambut pendek berponi yang menutupi seluruh dahinya, membuat si pemilik wajah oriental itu terkesan aktif dan dinamis.
SELEB CURHAT DAN ESPRESSO
Satu public figure. Satu orang awam. Dari barisan bangku penonton, tepat di baris pertama duduk pelatih. Menatap tajam kedua anak binaannya yang tengah pentas di panggung. Juri tak kalah seriusnya memperhatikan gerakan demi gerakan. Program apakah yang dimaksud? Seleb Dance. Bersama Panji, rekannya yang kocak, keduanya memandu acara Seleb Curhat-membahas keseharian peserta Seleb Dance di ANTV. Sesekali ia tertawa lepas, mengulas gaya lucu nan unik para public figure di sela-sela latihan maupun saat tampil. Tak jarang rasa mellownya pun tertangkap kamera tatkala keduanya membahas peristiwa yang mengharu biru di antara penari, seleb dan pelatih. Gaya kenesnya dalam membawakan Seleb Curhat terlihat pas dengan sosok model iklan shampo ini.
Lain Seleb Curhat lain pula gayanya sebagai pemandu acara infotainment, Espresso. Memandu acara tersebut, pembawa acara Quiz Liga Italy ini tampil ceriwis dalam memaparkan tiap berita rekan artis sesamanya, tapi tetap tampil cantik. Banyak bekerja dengan stasiun tivi tersebut, Nita menganggapnya sebagai keluarga. “Karena sudah dekat, mereka sudah aku anggap sebagai keluarga. Yang nggak mungkin aku lupa saat crew mem-buat pesta kejutan di hari ulang tahunku,” ulas perempuan yang sempat merasa nggak pede jadi bintang iklan. Sebagai pemandu acara tari ia dituntut bisa menari, bukan hanya sekadar tahu. “Aku kan orangnya kaku. Gak bisa nari. Biar lebih luwes membawakan acara ini, aku diberi waktu untuk kursus. Mulai dari salsa, dangdut, chaca, dan R&B, sekarang aku su-dah lumayan menguasai. Sekarang jadi kepingin mahir lagi,” ucapnya sambil tersenyum. Niat alih profesi ya?!
Kedua acara tersebut cukup ampuh mengorbitkan namanya di bidang presenter. Mengapa? Pasalnya ini adalah tahun kelima ia wara-wiri di dunia hiburan. Sebelumnya D’Trex dan Berbagi Suami sempat memasang wajahnya. Menelisik jauh ke belakang, berbagai iklan mulai dari shampo, sabun sampai mie instant telah ia bin-tangi. “Aku percaya Tuhan punya waktu untuk masing-masing anak-Nya. Dan sekarang bagianku.”
Tak takabur dengan berkat Tuhan saat ini, ia juga menyadari persaingan itu tak terhindarkan. Bukan saja ketika namanya melangit. Dari pengalamannya, kapan pun ia dapat tersingkir. “Tiap hari banyak muncul yang lebih cantik. Pernah satu kali ketika sudah deal untuk suatu acara, tiba-tiba aku tersingkir karena ada model baru,” ujarnya tanpa bisa lupa kekesalannya saat itu. Hal inilah yang mempersiapkan dirinya untuk lebih berlapang dada. “Kecewa? Pasti! Tapi setelah berpikir tenang, aku melihatnya itu bukan rezeki aku. Akhirnya aku tetap bisa bersyukur,” jelas juara satu Yamaha Electone Festival Tingkat DKI Jakarta semasa sekolah.
BERPENGHASILAN, LEGALITAS HIDUP BEBAS
Memulai karier sebagai bintang iklan ketika masih berseragam putih abu-abu secara otomatis ia punya penghasilan sendiri. Tapi justru karena punya uang sendirilah yang mengantarkannya pada satu kesedihan tertinggi. Dirinya terpuruk dan kosong. Mahasiswa London School ini menyebutnya sebagai masa transisi perpindahan usia. “Satu masa di mana aku harus berperang melawan egoku. Apa-lagi sifat dasarku keras. Apa yang mau aku lakukan pasti aku lakukan. Aku pikir punya duit sendiri jadi lengkaplah kesombonganku.”
Merasa mampu hidup mandiri dan bertindak semaunya, jadi pilihannya. Kemandirian yang tidak tepat membuat Nita jauh dari keluarga. Apa yang dilarang itulah yang dilakukan. Bahkan jauh dari Tuhan. “Saat itu aku menjadi orang yang nggak mau dinasehatin. Tidak perlu ke gereja. Hubungan dengan Tuhan aku sepelekan. Parahnya nggak butuh Tuhan. Nggak ada yang lebih penting selain senang-senang!” kenangnya. Selama masih hidup masalah akan selalu ada. Saat merasa masalah yang ia alami tak sanggup lagi dibendungnya, maka timbullah pemberontakan. “Masalah demi masalah datang, diperparah aku tipe penyimpan. Apa-apa aku simpan sendiri. Dan itulah puncaknya,” paparnya tanpa mau berbagi lebih rinci tentang persoalannya.
DIMERDEKAKAN FIRMAN
Usai sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Ia kelelahan juga. Kini tinggalah ia yang tak tahu harus apa. Dalam kegamangan seorang teman mengatakan, kalau kamu mau berserah pada Tuhan, berserah total jangan setengah-setengah. Dasar Nita, ia tak langsung bisa percaya. Ia memilih menyendiri untuk mencari tahu apa sesungguhnya yang ia butuhkan.
Kesepian. Kosong. Hampir saja mengantarkannya bunuh diri. Belum sempat hal itu terjadi, ia meraih Alkitab. Buku tentang Allah, pribadi yang selama ini tak terlalu ia gubris. “Aku sangat bingung dan kacau banget. Aku buka Alkitab dan langsung terlihat dari 1 Korintus 10, yang mengatakan pencobaan-pencobaan yang aku alami pencobaan biasa dan sebenarnya aku sanggup melewatinya,” jelasnya tanpa lupa mengakui ia lupa ayat berapa. Nita tak memilih kitab apa yang akan dibacanya. 1 Korintus 10 : 13 terbuka dihadapannya. Selesai membaca ia sungguh dikuatkan. “Itulah titik balik dalam hidupku. Tahu dan sadar sepenuhnya Tuhan tidak tinggal diam. Dia merangkul aku,” ceritanya dengan mata berair. Air dikelopak matanya tak terbendungkan.
Meski kerap ia menumpahkan egonya pada keluarga, pertalian darah tetap tak terpisahkan. Kasih yang kuat itu tetap ada. “Padahal aku anak yang kurang ajar pada keluarga. Tapi mereka tetap sayang dan peduli.” Kesadarannya tak hanya manis dalam ucapan. Ia membuktikannya. “Perubahan dan kembalinya aku juga karena keluarga. Karenanya dengan kejadian itu aku jadi lebih kuat dan makin sayang keluarga,” kisah perempuan yang selalu beribadah tiap minggu bersama keluarga di GBI IKM Honda.
Kecuali di atas, yang sangat dirasakan talent iklan salah satu bank ini adalah selalu ingat ia Anak Tuhan. “Nggak bisa lupa kalau aku anak Tuhan. Ini membuat aku selalu bersyukur dalam segala hal. Termasuk ketika aku sedang nggak ada pekerjaan aku tetap bisa bersyukur,” cerita perempuan yang saban malam bersaat teduh ini. Kalau sekarang nggak pernah sepi job lagi kan?!
HIDUP ADALAH PELAYANAN
Kendati hidupnya pernah kacau, Nita yang ramah ini sempat aktif pelayanan, sebagai pemain keyboard. “Selama SMP aku main musik di gereja. Untuk sekarang ini belum bisa bagi waktu. Jadi vakum dulu.” Vakum pelayanan di gereja bukan lantas berhenti berbakti pada Tuhan. Hidupnya sekarang ini juga merupakan sebuah pelayanan yang Tuhan percayakan. “Hidup aku termasuk kegiatan sehari-hari yang aku jalani ini adalah bagian dari pelayanan.”
Misalnya, ia mencontohkan, ketika diundang sebagai bintang tamu ia akan menyaksikan perjalanan dan kisah hidupnya. “Dengan begitu aku bisa memberkati orang,” imbuhnya singkat.Masih tentang berbakti, presenter cantik ini tak alpa untuk memberikan persepuluhan. Bukan untuk sombong-sombongan tapi ia ingin bersaksi bahwa tak selamanya artis lupa Tuhan. “Aku selalu terapkan persepuluhan. Atau pun ucapan syukur lewat adikku yang setiap bulan rutin mengunjungi panti asuhan bersama komselnya,” cerita Nita.
Bila sedang menjalani profesinya maka inilah yang dilakukannya, berdoa. Menurutnya hal itu sederhana saja, tapi ia melakukannya dengan sepenuh hati. Bukan hanya berdoa seorang diri, dipastikan ia selalu mengajak crew satu produksi untuk berdoa sebelum syuting. Penikmat jus buatan sang mama tiap pagi ini mengaku hidup adalah pelayanan. Jadi tak selalu harus dari mimbar untuk mengartikan pelayanan. Selama kita hidup itu pula yang kelak akan kita persembahkan pada Tuhan. Demi hal ini Nita tak main-main. Pemikiran serupa juga pernah terucap dari sang bunda. “Mama pernah bilang, mata mama cuma dua. Mama nggak tahu kamu ngapain aja. Tapi mata Tuhan ada di mana-mana. Ia tahu apa pun yang kamu lakukan,” tiru Nita. “Jadi prinsipnya takut Tuhan saja!” kata Nita.
~ bahana ~