Artis Pecandu Narkoba
Aku lahir dari sebuah keluarga yang sangat taat pada Kristus. Sejak kecil aku rajin ke gereja dan ibuku selalu menanamkan dasar-dasar iman Kristus kepadaku.
Tahun 1995, pada suatu kesempatan yang luar biasa, aku mengikuti sebuah ajang pemilihan top model di Bandung. Selama proses audisi, aku selalu berdoa pada Tuhan meminta agar aku keluar sebagai pemenangnya. Dan ternyata Tuhan memang baik, Ia menjawab doaku. Aku terpilih menjadi juara pertama. Setelah memenangkan ajang tersebut, kesempatanku untuk masuk ke dunia model semakin besar. Perjalanan karierku sebagai seorang model berjalan dengan sangat lancar. Aku percaya bahwa ini semua berkat pertolongan Tuhan dan aku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Karierku semakin berkembang, banyak job dari Jakarta. Situasi ini membuatku memutuskan untuk tinggal di sana saja.
Meraih Kesuksesan
Ternyata di Jakarta karierku berkembang dengan sangat baik. Bahkan aku mulai memasuki dunia akting sinetron. Dengan berbekal pengalaman di bidang taekwondo yang sejak kecil digeluti, aku berhasil menapaki dunia akting dengan peran pertamaku sebagai peran pembantu utama. Aku pun berhasil mendapatkan peran dalam film layar lebar yang sangat terkenal saat itu, Ca Bau Kan. Disaat teman-temanku harus berjuang keras dalam dunia entertainment ini, jalanku justru sangat mulus. Aku sangat merasakan kemurahan Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Tahun 2002, aku mendapat peran utama dalam sebuah sinetron yang terkenal. Saat itulah aku meraih titik puncak kesuksesanku dan mendapatkan kontrak yang bernilai sangat besar.
Melupakan Tuhan
Namun, kemurahan Tuhan dan kesuksesanku itu justru membuatku semakin menjauh dari Tuhan. Kesibukanku justru membuatku tidak memiliki waktu untuk berdoa dan mendekat padaNya. Aku mulai merasa mampu hidup tanpa Dia. Aku benar-benar membuang Tuhan jauh-jauh dari hidupku. Saat itulah, kuasa kegelapan mulai masuk dalam hidupku. Aku mulai terbawa arus pergaulan yang buruk. Diskotik, minuman keras, bahkan jenis narkoba seperti extacy, ganja, kokain, dan shabu-shabu selalu ada di setiap hari-hariku. Honor dari pekerjaanku itu kuhabiskan untuk berfoya-foya sehingga aku pun terjerumus dalam pergaulan seks bebas.
Tertangkap Polisi
September 2002, aku tertangkap polisi. Ketika baru saja pulang dari syuting sebuah sinetron, aku meminta temanku untuk membelikan sejenis narkoba. Polisi ternyata telah mengincar temanku itu sehingga ia tidak bisa melarikan diri lagi. Setelah ditangkap, atas pengakuannya polisi memintanya untuk menjebakku. Seperti yang telah mereka rencanakan, akhirnya aku pun ditangkap dan harus menjalani masa tahanan selama 8 bulan. Dalam situasi ini kesombongan masih kuat menguasaiku sehingga aku tidak menyadari kesalahan, sebaliknya malah selalu mempersalahkan Tuhan. Sebagai seorang artis yang sudah dikenal, aku sering menerima pujian. Tetapi semuanya berubah menjadi hinaan karena tindakan kriminalku ini. Walaupun aku tahu bahwa narkoba itu tidak baik bagi masa depanku, tetapi keterikatanku dengan obat jahat itu membuatku terus mengkonsumsinya sekalipun berada dalam penjara.
Bebas dan Tertangkap Lagi
Setelah masa 8 bulan tahanan itu selesai, aku kembali mulai merintis karierku di dunia sinetron. Namun kesombongan itu tetap mengendalikan pikiranku. Aku sama sekali tidak tergerak untuk bertobat, justru semakin kecanduan dengan obat-obatan. Akhirnya, aku boleh dikatakan menjadi lebih bodoh dari orang bodoh...karena orang bodoh pun tidak akan masuk ke lubang yang sama. Pukul 12 malam itu, ketika sedang berpesta drugs di sebuah tempat di kota Bekasi, bersama teman-teman pecandu, polisi pun mengetahui aksi kami ini dan kami pun digelandang ke tahanan setempat. Aku harus mendekam lagi selama 7 bulan di penjara Bulak Kapal Bekasi.
Ingat Tuhan?
Dalam penjara, pengalaman memalukan ini membuatku merenungkan kasih Tuhan yang besar dalam hidupku. Di saat aku meninggalkanNya, Ia tidak membiarkanku terjebak terus-menerus dalam jurang dosa, justru berusaha menegurku bahkan sampai 2 kali agar aku berbalik kembali kepada jalanNya. Akupun teringat tulisan dalam Wahyu 3: 9 yang mengatakan "Barangsiapa Kukasihi, ia kuhajar. Sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah." Aku langsung menangis histeris dan menyadari bahwa Tuhan begitu baik bagiku. Walaupun aku telah menjauh dariNya, bahkan seringkali menyalahkanNya, namun Ia tidak pernah meninggalkanku dan tetap mengakuiku sebagai anakNya. Ia ingin agar aku bertobat sebelum semuanya terlambat. "Tuhan, Engkau sangat baik bagiku. Kau tidak membiarkanku tenggelam dalam lumpur dosa. Kau tidak membiarkan narkoba itu merenggut nyawaku dan membawaku ke dalam kematian. Terima kasih untuk kesempatan ini. Aku ingin menjadi hambaMu yang taat dan setia di dalam Engkau..." Saat itu aku benar-benar bertobat. Yang berbeda dalam masa tahananku kali ini ialah, sebelumnya aku ditahan dengan rasa kekuatiran dan kemarahan, namun kali ini aku lebih banyak mengucap syukur dan berusaha untuk menjalani dengan sukacita hari-hari dalam tahanan itu sampai akhirnya, 31 Desember 2005, aku selesai menjalani masa tahananku.
Titik balik kehidupanku
1 Januari 2006, hari yang paling bersejarah untukku karena hari itu aku memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan Tuhan Yesus yang akan terus menuntunku dalam tiap langkahku. "Tuhan, ajar aku melakukan segala yang Kau inginkan untuk aku jalani dalam hidupku ini..." pintaku kepadaNya.
Sebagai jawaban doaku, Ia menempatkanku dalam sebuah komunitas rohani di daerah Kelapa Gading. Dan aku juga kembali memulai karierku di dunia entertainment dengan cara hidupku yang baru dalam Kristus. Aku juga ambil bagian dalam pelayanan untuk menyaksikan betapa besar kasihNya bagiku karena Ia telah menghajar dan menegurku saat aku hampir tenggelam dalam lembah maut demi menyelamatkan hidupku. Lingkungan pergaulanku yang baru ini juga membuatku merasa sangat damai dan tentram. Ada sukacita yang kurasakan dalam hari-hariku, yang tidak pernah kurasakan sebelumnya ketika aku masih hidup dalam kenikmatan dunia. Hal yang membanggakan bagiku ialah, melalui pertobatan dan pemulihanku ini, ayahku yang dulu belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan kini mengambil keputusan untuk menjadi orang Kristen sejati.
Sumber Kesaksian :
Billy Glen
Tahun 1995, pada suatu kesempatan yang luar biasa, aku mengikuti sebuah ajang pemilihan top model di Bandung. Selama proses audisi, aku selalu berdoa pada Tuhan meminta agar aku keluar sebagai pemenangnya. Dan ternyata Tuhan memang baik, Ia menjawab doaku. Aku terpilih menjadi juara pertama. Setelah memenangkan ajang tersebut, kesempatanku untuk masuk ke dunia model semakin besar. Perjalanan karierku sebagai seorang model berjalan dengan sangat lancar. Aku percaya bahwa ini semua berkat pertolongan Tuhan dan aku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Karierku semakin berkembang, banyak job dari Jakarta. Situasi ini membuatku memutuskan untuk tinggal di sana saja.
Meraih Kesuksesan
Ternyata di Jakarta karierku berkembang dengan sangat baik. Bahkan aku mulai memasuki dunia akting sinetron. Dengan berbekal pengalaman di bidang taekwondo yang sejak kecil digeluti, aku berhasil menapaki dunia akting dengan peran pertamaku sebagai peran pembantu utama. Aku pun berhasil mendapatkan peran dalam film layar lebar yang sangat terkenal saat itu, Ca Bau Kan. Disaat teman-temanku harus berjuang keras dalam dunia entertainment ini, jalanku justru sangat mulus. Aku sangat merasakan kemurahan Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Tahun 2002, aku mendapat peran utama dalam sebuah sinetron yang terkenal. Saat itulah aku meraih titik puncak kesuksesanku dan mendapatkan kontrak yang bernilai sangat besar.
Melupakan Tuhan
Namun, kemurahan Tuhan dan kesuksesanku itu justru membuatku semakin menjauh dari Tuhan. Kesibukanku justru membuatku tidak memiliki waktu untuk berdoa dan mendekat padaNya. Aku mulai merasa mampu hidup tanpa Dia. Aku benar-benar membuang Tuhan jauh-jauh dari hidupku. Saat itulah, kuasa kegelapan mulai masuk dalam hidupku. Aku mulai terbawa arus pergaulan yang buruk. Diskotik, minuman keras, bahkan jenis narkoba seperti extacy, ganja, kokain, dan shabu-shabu selalu ada di setiap hari-hariku. Honor dari pekerjaanku itu kuhabiskan untuk berfoya-foya sehingga aku pun terjerumus dalam pergaulan seks bebas.
Tertangkap Polisi
September 2002, aku tertangkap polisi. Ketika baru saja pulang dari syuting sebuah sinetron, aku meminta temanku untuk membelikan sejenis narkoba. Polisi ternyata telah mengincar temanku itu sehingga ia tidak bisa melarikan diri lagi. Setelah ditangkap, atas pengakuannya polisi memintanya untuk menjebakku. Seperti yang telah mereka rencanakan, akhirnya aku pun ditangkap dan harus menjalani masa tahanan selama 8 bulan. Dalam situasi ini kesombongan masih kuat menguasaiku sehingga aku tidak menyadari kesalahan, sebaliknya malah selalu mempersalahkan Tuhan. Sebagai seorang artis yang sudah dikenal, aku sering menerima pujian. Tetapi semuanya berubah menjadi hinaan karena tindakan kriminalku ini. Walaupun aku tahu bahwa narkoba itu tidak baik bagi masa depanku, tetapi keterikatanku dengan obat jahat itu membuatku terus mengkonsumsinya sekalipun berada dalam penjara.
Bebas dan Tertangkap Lagi
Setelah masa 8 bulan tahanan itu selesai, aku kembali mulai merintis karierku di dunia sinetron. Namun kesombongan itu tetap mengendalikan pikiranku. Aku sama sekali tidak tergerak untuk bertobat, justru semakin kecanduan dengan obat-obatan. Akhirnya, aku boleh dikatakan menjadi lebih bodoh dari orang bodoh...karena orang bodoh pun tidak akan masuk ke lubang yang sama. Pukul 12 malam itu, ketika sedang berpesta drugs di sebuah tempat di kota Bekasi, bersama teman-teman pecandu, polisi pun mengetahui aksi kami ini dan kami pun digelandang ke tahanan setempat. Aku harus mendekam lagi selama 7 bulan di penjara Bulak Kapal Bekasi.
Ingat Tuhan?
Dalam penjara, pengalaman memalukan ini membuatku merenungkan kasih Tuhan yang besar dalam hidupku. Di saat aku meninggalkanNya, Ia tidak membiarkanku terjebak terus-menerus dalam jurang dosa, justru berusaha menegurku bahkan sampai 2 kali agar aku berbalik kembali kepada jalanNya. Akupun teringat tulisan dalam Wahyu 3: 9 yang mengatakan "Barangsiapa Kukasihi, ia kuhajar. Sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah." Aku langsung menangis histeris dan menyadari bahwa Tuhan begitu baik bagiku. Walaupun aku telah menjauh dariNya, bahkan seringkali menyalahkanNya, namun Ia tidak pernah meninggalkanku dan tetap mengakuiku sebagai anakNya. Ia ingin agar aku bertobat sebelum semuanya terlambat. "Tuhan, Engkau sangat baik bagiku. Kau tidak membiarkanku tenggelam dalam lumpur dosa. Kau tidak membiarkan narkoba itu merenggut nyawaku dan membawaku ke dalam kematian. Terima kasih untuk kesempatan ini. Aku ingin menjadi hambaMu yang taat dan setia di dalam Engkau..." Saat itu aku benar-benar bertobat. Yang berbeda dalam masa tahananku kali ini ialah, sebelumnya aku ditahan dengan rasa kekuatiran dan kemarahan, namun kali ini aku lebih banyak mengucap syukur dan berusaha untuk menjalani dengan sukacita hari-hari dalam tahanan itu sampai akhirnya, 31 Desember 2005, aku selesai menjalani masa tahananku.
Titik balik kehidupanku
1 Januari 2006, hari yang paling bersejarah untukku karena hari itu aku memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan Tuhan Yesus yang akan terus menuntunku dalam tiap langkahku. "Tuhan, ajar aku melakukan segala yang Kau inginkan untuk aku jalani dalam hidupku ini..." pintaku kepadaNya.
Sebagai jawaban doaku, Ia menempatkanku dalam sebuah komunitas rohani di daerah Kelapa Gading. Dan aku juga kembali memulai karierku di dunia entertainment dengan cara hidupku yang baru dalam Kristus. Aku juga ambil bagian dalam pelayanan untuk menyaksikan betapa besar kasihNya bagiku karena Ia telah menghajar dan menegurku saat aku hampir tenggelam dalam lembah maut demi menyelamatkan hidupku. Lingkungan pergaulanku yang baru ini juga membuatku merasa sangat damai dan tentram. Ada sukacita yang kurasakan dalam hari-hariku, yang tidak pernah kurasakan sebelumnya ketika aku masih hidup dalam kenikmatan dunia. Hal yang membanggakan bagiku ialah, melalui pertobatan dan pemulihanku ini, ayahku yang dulu belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan kini mengambil keputusan untuk menjadi orang Kristen sejati.
Sumber Kesaksian :
Billy Glen
~ Jawaban.com ~