Abigail
Bacaan: I Samuel 25:2-44
SUAMINYA seorang yang berkarakter buruk dan jahat. Berbicara sesukanya dan memaki-maki adalah kebiasaan suaminya. Tak hanya kasar tapi juga keras kepala; tak ada orang yang dapat menasehatinya. Tapi bagi perempuan itu, bagaimanapun karakternya, dia tetap suami tercinta.
Satu kali suaminya mencaci-maki anak buah Daud yang datang dengan ramah dan santun. Alih-alih membalas dengan keramahan dan sopan-santun yang sama, dia malah menghina Daud sebagai hamba yang lari dari tuannya. Daud tak terima dengan penghinaan itu! Bagaimanapun juga dia seorang manusia biasa. Darahnya menggelegak, amarahnya memuncak! Dengan empat ratus orang anak buahnya, Daud turun gunung, merancangkan pembantaian: "Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatupun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan. Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada padanya." Daud sakit hati, tekadnya untuk membalas sudah bulat!
Tapi perempuan itu melakukan hal yang tak terduga, dia bertindak nekad! Dia menyuruh pembantu-pembantunya menyiapkan makanan, lalu mereka pergi menuju tempat Daud. Demi cintanya akan suami dan demi kasihnya atas seisi rumahnya, dia rela mengantar nyawanya sendiri. Dia bahkan tak memperdulikan bahaya ancaman perampokan ataupun pemerkosaan di tengah jalan. Seandainya Daud dan anak buahnya gelap mata, tentulah perempuan itu akan menjadi bulan-bulanan mereka. Dengan gentar dia sujud menyembah, mencium debu tanah di depan kaki Daud, suaranya meradang berkata: "Tolong..., jangan bunuh suamiku! Jangan bunuh seisi rumahku! Akulah yang bersalah! Jangan hukum mereka!"
Semula Daud penuh kegeraman dalam amarahnya yang memuncak, tapi saat ini dia terharu melihat seorang perempuan datang bersujud di bawah kakinya memohon keselamatan untuk suami dan seisi rumahnya. Daud seketika tersadar bahwa ada Tuhan yang bergerak di antara mereka: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; .." Daud mengerti bahwa mata Tuhan mengawasi mereka. Tindakan berani perempuan ini memberi kesan mendalam kepada Daud, dia melunak dan berkata: "Pulanglah dengan selamat ke rumahmu; lihatlah, aku mendengarkan perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik."
Pengorbanannya tak sia-sia, dia pulang dengan membawa kemenangan: berhasil menyelamatkan suami dan seisi rumahnya dari tangan Daud! Ketika suaminya sedang mabuk dalam pesta-pora, alih-alih mengomel dan menggerutu, perempuan itu justru bangkit berdiri membela nyawa sang suami. Sepertinya usaha pembelaan ini dilakukan seorang diri, tapi
sesungguhnya Tuhan berjalan bersamanya, dan sangat mungkin dia sendiri tak menyadari hal itu! Tindakannya yang beralaskan cinta akan suami dan seisi rumah, ternyata menggerakkan Tuhan untuk campur tangan.
Nabal memiliki karakter dan cara hidup yang buruk, Kejadian 25:3+14+17+36 sedikit memberikan gambaran kepada kita. Abigail sendiri mengakui karakter Nabal yang buruk (Kejadian 25:25). Tidak dituliskan di Alkitab, tapi sangat mungkin bahwa Abigail sering mengalami pelecehan/kekerasan baik secara lisan maupun tindakan fisik. Tetapi hal itu tidak menghalagi Abigail untuk membela Nabal dan menyelamatkan nyawanya dari tangan Daud. Pada akhirnya memang Tuhan sendiri yang menghukum Nabal, itu bukan karena Abigail kurang membelanya, tetapi karena Nabal tidak bertobat! Abigail sudah melakukan yang terbaik.
Sahabat, jika Anda sudah menikah maka merupakan kewajiban Anda untuk membela sang suami atau istri di hadapan Tuhan. Bisa saja suami/istri mu sangat buruk dalam tingkah laku dan cara hidup, tapi itu bukanlah alasan untuk tidak membelanya. Sejuta perkataan tak akan pernah mampu mengubah suami/istri yang "brengsek", tapi dia akan berubah oleh perbuatan baik dan oleh doa-doa yang Anda panjatkan. Suami/istri Anda adalah faktor penunjang utama untuk Anda dapat sampai pada maksud dan rencana Allah dalam dunia ini. Sebab itu doakan, dorong dan bantu suami/istri Anda dalam pengenalan akan Tuhan, berikan dukungan untuknya mengembangkan talenta yang ada. Kedewasaan suami/istri Anda di dalam pengenalan akan
Tuhan akan berdampak kepada Anda. Adalah kehendak Bapa Surgawi agar setiap pasangan suami/istri dan keluarga sampai pada maksud dan rencana-NYA.
Untuk yang masih pemuda/i, saran saya pilihlah calon suami/istri yang dikenal baik dalam pengenalan akan Tuhan. Memilih calon suami/istri yang tidak mengenal Tuhan Yesus, akan membuat Anda terperosok ke dalam perjuangan seumur hidup untuk membawanya kepada Tuhan Yesus. Itu perjuangan yang melelahkan! Tidak ada kepastian dia akan membuka hati
untuk Tuhan Yesus. Bisa saja terjadi dia pada akhirnya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, tapi sudahkah Anda memperhitungkan waktu dan energi yang digunakan? Adalah lebih baik jika waktu dan energi Anda pergunakan bersama seorang suami atau istri yang sudah mengenal Tuhan Yesus.
Semoga Tuhan Yesus memberkati.
Putra Hulu
~ Milis - renungansehari ~