Prinsip Ilmu Padi
Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.
Amsal 29:23
Ketika kompetisi Liga Jerman musim 2007-2008 bergulir, Luca Toni dan Miroslav Klose, dua pemain yang baru bergabung dengan Bayern Munich, saat itu menjadi bahan pemberitaan hangat. Bukan saja keterampilan mereka dalam bermain, melainkan juga kerjasama mereka dalam menciptakan gol demi gol, menyita perhatian penontonnya. Karena prestasi yang mengagumkan itu, mereka dijuluki pasangan maut. Bahkan Otmar Hitzfeld, sang pelatih menyebut kedua pesepak bola tersebut sebagai "Hadiah dari Tuhan bagi Munich." Namun di tengah banjir pujian itu, Klose tetap bersikap rendah hati. Keberhasilan yang ia raih tidak membuatnya besar kepala dan menepuk dada. "Yang terbaik adalah tidak terlalu banyak membicarakan bagaimana baiknya kondisi saya dan Toni saat ini. Justru yang harus dikritisi dari kami adalah, kami belum memanfaatkan semua peluang yang kami miliki." Begitu tanggapan Klose terhadap pujian yang dilontarkan terhadapnya.
Kita pantas mengacungkan dua jempol untuk pernyataan Klose. Bahkan di puncak suksesnya, tidak ada sedikit pun kata-kata meninggikan diri sendiri keluar dari mulutnya. Padahal, keadaan seperti itu sangatlah rentan bagi kedua pesepak bola tersebut untuk bersikap tinggi hati.
Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Prinsip itulah yang seharusnya kita terapkan dan lakukan dalam kehidupan ini. Hari ini, mari kita selalu mengingat bahwa semakin kita sukses dan diberkati, semakin nama Tuhanlah yang harus dipermuliakan. Biar Tuhan semakin besar dalam hidup kita dan kita semakin kecil. Jadi, selamat tinggal kesombongan dan keangkuhan! (IS)
Padi makin merunduk sementara ilalang makin mendongak