KEHIDUPAN YANG BERKEMENANGAN
oleh : Pdt. Yohan Candawasa, S.Th.
Kejadian 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (TB-LAI)
Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (TB-LAI)
Sekarang kita kembali memperhatikan dengan teliti Kejadian 50:20. Kata-kata ini ditujukan kepada saudara-saudaranya yang hari itu datang untuk meminta pengampunan kepada Yusuf. Apa yang Yusuf yang maksudkan waktu ia berkata waktu "kamu mereka-rekakan yang jahat" adalah dia mengacu kepada tindakan kakak-kakaknya yang jahat terhadap dirinya. Di mana mereka karena kebencian, karena iri, mempunyai suatu tindakan membuang Yusuf kemudian menjual Yusuf menjadi budak. Dia dihabisi secara kejam masa depannya. Itu yang Yusuf maksudkan "kamu mereka-rekakan yang jahat terhadap ku." Kemudian kalimat berikutnya dia berkata: "tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." Apa maksudnya? Ini dia jelaskan pada kalimat berikutnya, yaitu dengan maksud memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi artinya di situ, tindakan jahat saudara-saudara Yusuf, telah Allah pakai, Allah olah untuk menghasilkan perkara-perkara yang baik. Perkara yang baik ini bukan menurut selera Yusuf, melainkan untuk memelihara bangsa Israel yang dilanda bencana kelaparan yang hebat di saat itu. Jadi di sini pun, baik di situ adalah pelaksanaan rencana Allah sendiri.
Dari ayat ini, kita mempunyai beberapa hal yang luar biasa penting untuk kita pelajari, kita pahami, kita cermati supaya kemudian bagaimana melihat Tuhan bekerja dalam kehidupan kita. Yang pertama saya ajak Saudara melihat, Yusuf mengatakan "kamu merekakan yang jahat, tetapi Allah mereka-rekanannya untuk kebaikan." Artinya, sekalipun Tuhan mereka-rekakan, mempunyai rencana baik di dalam kehidupan Yusuf, Dia sama sekali tidak mencegah, tidak membebaskan Yusuf dari kejahatan saudara-saudaranya. Dia tidak mencegah waktu Yusuf dilempar ke sumur, Dia tidak membebaskan Yusuf dari perbudakan, Dia juga tidak melepas Yusuf dari penjara. Jadi kita lihat malah yang terjadi kesukaran menjadi tambah besar. Dari hanya ada di dalam sumur, kemudian menjadi budak, dan bahkan berakhir di sebuah penjara.
Saudara-saudara, kita suka sekali pada waktu kita mengalami kepahitan, kita mengalami kesusahan, kita suka bertanya: "Di manakah Tuhan? Kenapa Dia diam saja? Kalau memang Dia mengasihi saya, mengapa Dia membiarkan saya mengalami hal-hal yang pahit ini?" Sebenarnya kalau kita pikir lebih dalam, kenapa orang waktu susah mempunyai pertanyaan-pertanyaan seperti ini? Jawabnya sebetulnya sangat sederhana, yaitu di dalam pikiran mereka - orang-orang yang bertanya seperti ini, ada suatu latar belakang pemikiran Teologia yaitu kalau Tuhan memang mereka-rekakan yang baik dalam kehidupan saya, kalau Tuhan peduli dan mempunyai rencana yang indah di dalam hidup saya, maka Dia tidak seharusnya membiarkan saya hidup seperti ini. Dengan latar belakang inilah, jadi waktu mereka mengalami masalah, mereka mempertanyakan kasih Tuhan, kebaikan Tuhan, rencana Tuhan. Seharusnya kalau Tuhan peduli, Tuhan betul mengasihi, tidak boleh ada yang buruk didalam kehidupan kita, tidak boleh ada yang gelap di dalam kehidupan kita.
Melalui ucapan Yusuf kita melihat di situ, Yusuf melihat jelas, "engkau mereka-rekakan yang jahat, Tuhan mereka-rekakannya menjadi kebaikan." Artinya, ketika Tuhan merekakan yang baik bagi kita, sama sekali Dia tidak membebaskan kita dari berbagai masalah. Kita mesti pegang baik prinsip ini, karena prinsip ini tidak pandang bulu. Jangan kita berpikir: kalau saya adalah seoorang Kristen yang taat, saya adalah orang Kristen baik, saya orang Kristen yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, saya akan mendapat perlakuan yang istimewa dari Tuhan. Saya akan mendapat dispensasi, saya akan dapat perlakuan khusus dari Allah. Ada seorang Kristen yang sudah lama tidak ke gereja. Hari itu pertama kali ke gereja dia minta kesempatan memberikan untuk memberi kesaksian. Kesaksian ini tidak lama setelah peristiwa kerusuhan tahun 1998. Saya kebetulan ada di sana. Dia berkata: "Pada kerusuhan yang baru lalu, saya benar-benar menyaksikan kasih Allah. Itu yang membawa saya kembali ke gereja." Dia adalah pedagang emas. "Ketika penjarahan, saya betul-betul tidak punya kesempatan menyelamatkan emas jualan saya. Jadi saya cuma bisa mengambil sebuah karung, memasukkan semua barang emas saya ke dalam karung, kemudian saya naik ke langit-langit toko, saya taruh karung emas itu di langit-langit kemudian saya melarikan diri. Tidak bawa apapun di kantung." Di dalam dia melarikan diri dia memang selamat, dikatakan sampai malam waktu sudah aman dia kembali ke tokonya. Dia melihat tokonya rusak parah. Dia langsung mengambil kursi untuk kembali lihat ke langit-langit tempat emasnya dia simpan. Dan ternyata emasnya hilang. Dia turun, dia kecewa, dia sedih. Tapi karena tidak rela kehilangan harta begitu banyak dia coba naik lagi ke langit-langit. Memang gelap. Waktu dia periksa dengan teliti, ternyata sangat mengejutkan dia, karung itu pindah tempat. Tidak lagi di tempat asal, memang pindah tetapi utuh isinya. Dia bukan main senangnya, dan dia melihat itulah pemeliharaan Tuhan bagi dirinya. Maka hari itu dia minta, bukan hanya dia ke gereja, dan dia minta bersaksi. Kalimat yang menarik bagi saya didalam mendengar kesaksiannya adalah dia berkata begini: "Saudara-saudara, kalau saya yang sudah begitu lama meninggalkan Tuhan masih dipelihara-Nya secara luar biasa, apalagi saudara-saudara yang serius ikut Tuhan, rajin ke gereja, semangat melayani Dia, Tuhan pasti lebih luar biasa memelihara saudara. Sekian kesaksian saya." Dan dia turun. Kalimat ini agak mengganggu telinga saya. Kalau kita sungguh melayani lebih serius ikut Tuhan, yang dia jarang ke gereja saja dipelihara, maka kita tentu lebih dipelihara lagi.
Mari kita perhatikan: apa yang menyebabkan Yusuf di penjarakan. Apa yang menyebabkan Daniel dilemparkan ke dalam lubang singa. Apa juga yang menyebabkan Yesus harus disalib. Apakah mereka kurang serius mengiringi Tuhan, apakah mereka kurang taat? Jawabnya, justru sebaliknya yang benar. Yusuf masuk penjara karena ketaatan, Daniel masuk lubang singa juga karena cintanya kepada Tuhan, begitu juga Tuhan Yesus karena ketaatan-Nya yang penuh kepada Bapa itu yang membawa Dia ke atas kayu salib. Jadi kita lihat di situ, sama sekali tidak ada dispensasi bahwa kalau Tuhan merencana yang baik, merekakan yang baik dalam hidup kita maka Dia akan membebaskan kita dari berbagai masalah. Dan tidak benar kalau kita tambah taat, maka masalah dalam hidup kita tambah sedikit.
Beberapa tahun lalu saya kehilangan seorang rekan. Dia mengalami kecelakaan lalu lintas, ditabrak dan langsung dia koma dua hari kemudian meninggal dunia. Dia tidak pernah lagi sadar, tidak pernah dia mengucapkan selamat tinggal untuk istri dan anak-anaknya. Kapan dan di mana dia ditabrak? Dia bukan baru pulang dari disco atau night club. Tetapi justru setelah dia selesai mengikuti sebuah kebaktian doa. Dia mendukung sebuah KKR yang akan diselenggarakan, di mana dia menjadi ketua panitia. Dan sehari sebelum dia mengikuti kebaktian doa itu, dia baru pulang dari kota lain di mana dia pergi rapat membicarakan pekerjaan Tuhan. Jadi waktu dia pulang, dia kejar justru karena ingin ikut kebaktian doa. Pulang dari kebaktian doa, menyeberang jalan pulang saat itu dia ditabrak.
Saudara-saudara, jadi betul, tidak ada dispensasi. Kita gampang dan suka tergoda berpikir begini: jika saya dalam ketaatan, jika saya dalam pelayanan kepada Tuhan, maka Tuhan akan melindungi saya lebih hebat lagi. Acap kali begini, kalau saya pergi berkhotbah, tidak kebagian tempat parkir, saya terpaksa parkir ke tempat yang agak jauh dan itu menurut saya daerah yang kurang aman (rawan). Sehingga saya begitu berhentikan mobil, cabut kunci, turun dari pintu, terus berpikir ini mobil akan dicuri orang apa tidak. Saya sangat kuatir. Muncul di dalam hati saya perkataan seperti ini: "Masak sih Tuhan tidak menjaga mobil ini supaya tidak dicuri orang. Aku di sini kan melayani Dia." Betapa kelirunya pikiran ini, dan sekarang saya tidak berani berpikir begitu. Ada banyak misionari yang meninggalkan kenyamanan hidup mereka, negeri mereka sendiri, masuk ke tempat-tempat yang sulit. Dan kita menyaksikan mereka sama sekali tidak mendapat dispensasi. Bahkan injil pun belum keluar dari mulut mereka, mereka sudah dibunuh mati.
Jadi Saudara-saudara, Tuhan merekakan yang baik, tidak sama sekali melepas kita dari berbagai macam kesulitan. Sekali lagi, prinsip ini tidak ada dispensasi, tidak pandang bulu. Ada orang yang berpikir begini: kalau begini pemahamannya apakah itu tidak memperlemah iman kita? Kalau Tuhan mempunyai rencana yang baik dalam hidup kita, Tuhan mereka-rekakan yang baik di atas kehidupan kita, tapi Dia sama sekali tidak melepaskan kita dari berbagai macam masalah, maka apakah itu tidak memperlemah iman kita? Memang kedengarannya begitu dan kita rasa kalau pengajarannya: karena Tuhan mempunyai rekaan yang baik dalam hidup kita, Dia akan membebaskan kita dari segala macam kesulitan. Kalau prinsipnya seperti ini, kelihatannya menyenangkan dan kelihatannya justru mengukuhkan iman kita. Kalau kita percaya Tuhan punya rencana, Tuhan itu merekakan yang baik, dan kita percaya kita mengiring Dia dengan sungguh-sungguh kita akan hidup lancar, nyaman, aman, makmur, apakah ini tidak lebih mengukuhkan iman kita. Dibanding dengan kita berkata: mengiring Tuhan dengan sungguh, Tuhan mempunyai rencana yang baik atas hidup kita, tetap kita harus mengalami berbagai macam kesulitan. Kelihatannya yang pertama tadi lebih nyaman dan lebih menjanjikan sesuatu yang akan menguatkan iman kita. Memang kedengarannya begitu, tetapi pada kenyataannya tidak. Pada kenyataannya pemahaman yang berkata kalau kita melayani Tuhan dan kita percaya Tuhan melakukan ikut bekerja menghasilkan yang baik dalam hidup kita, maka hidup kita akan lancar, nyaman, aman, itu justru akan membuat hidup kita mudah goyah, labil, dan menjadi orang Kristen yang mudah sekali dirontokkan oleh kesulitan. Dan sebaliknya, yang kita pikir itu yang memperlemah iman, itu akan menjadi dasar yang luar biasa kuat waktu kita mengalami hal-hal yang sangat sulit dalam kehidupan kita. Itu justru akan menjadi batu karang yang sangat kokoh yang membuat kita tahan banting.
Kalau kita berpikir Tuhan mempunyai rencana baik maka kita akan lancar, justru ini sangat membuat kita rapuh. Mengapa? Karena begitu kita menghadapi persoalan dan memang hidup tidak mungkin melepas kita dari masalah, apa yang terjadi? Paling tidak muncul dua pola pikir. Yang pertama dia akan berpikir: "Pasti saya mempunyai dosa." Kenapa saya tidak lancar, itu pasti salah saya. Kalau Tuhan sudah berkata: "Saya punya rencana baik dan kalau kamu mengiring Saya dengan sungguh-sungguh, semua akan lancar." Kenapa saya tidak lancar, itu pasti saya punya masalah, bukan Tuhan punya masalah. Masalahnya apa? Karena saya kurang iman, saya kurang taat, saya kurang sungguh-sungguh mengiring Dia, makanya Tuhan marah, Tuhan tidak mengangkat persoalan-persoalan hidup saya, Dia membiarkan saya mengalami ini semua. Maka akibat berpikir begini, dia akan berusaha untuk makin sungguh mengikut Tuhan, makin sungguh taat, bagaimana besarkan imannya supaya hidupnya jadi lancar. Kalau tidak lancar juga, maka dia akan mengalami putus asa dan merasakan Tuhan itu begitu sulit dipuaskan hati-Nya. Pola pikir kedua, dia akan menganggap Tuhan berdusta. Kalau dia sudah merasa sungguh-sungguh saya taat, sungguh-sungguh saya taat, saya percaya Tuhan itu baik dan ikut bekerja untuk menghasilkan yang baik dalam hidup saya, tetapi kenyataannya saya punya masalah seperti ini. Maka dia akan berpikir: sebetulnya Tuhan itu pendusta dan tidak peduli dengan kehidupan kita. Orang Kristen seperti ini justru akan sangat kehilangan kekuatan pada saat dia paling membutuhkan Tuhan, justru pada saat itu dia paling kecewa kepada Tuhan.
Kalau saja Yusuf berpikir seperti ini waktu dia jadi budak, waktu dia di penjara: "Katanya kalau taat semuanya jadi serba lancar. Buktinya saya ini sudah taat, mengapa jadi begini, dijual, diperbudak, dipenjara. Mana itu Tuhan, Tuhan macam apa itu." Saudara-saudara, dia akan kecewa. Dan kesedihan golongan ini jauh lebih berat dari orang-orang lain, karena mereka merasa Tuhan tidak memperlakukan diri mereka tidak fair. Dan mereka merasa kita boleh menuntut Tuhan, karena kita sudah taat. Jadi dia akan sangat hati kepada Tuhan. Kita mengatakan orang ini kehilangan kekuatan paling penting di dalam kesusahan, karena pada saat dia membutuhkan Tuhan saat itu dia paling marah kepada Tuhan.
Sekarang kita kembali kepada pemahaman yang benar. Kedengarannya tidak enak, tidak menyenangkan, tetapi itu batu yang kokoh menjadi landasan iman kita, yang membuat kita bahkan pada saat Tuhan tidak kita pahami, iman kita akan berjalan dengan pelita dan terang yang membimbing kita melewati lembah maut.
Di dalam Mazmur 23 di situ ada sembilan pengakuan yang dipusatkan pada karakter dan aktivitas Tuhan. Kalau orang yang percaya Tuhan merekakan yang baik ditambah kita taat maka semua jadi serba lancar, bagaimana dia akan membaca ayat 4: "Kalau Tuhan beserta saya, kenapa saya jalan dalam lembah kekelaman. Kalau benar gada dan tongkat-Mu menghibur aku, kenapa saya hidup susah seperti ini." Justru perhatiannya dia pusatkan kepada persoalan, kesukaran, pada ketakutan. Energinya habis untuk berkonsentrasi pada hal salah. Justru gada Tuhan, tongkat Tuhan, penyertaan Tuhan bukan sumber kekuatan tetapi sumber kekecewaan. Jadi dia katakan kalau ada gada Tuhan kok hidup saya jadi begini, kalau Dia ada menyertai saya kok hidup saya jadi gini. Jadi justru di situlah penyertaan Tuhan yang membuat dia jadi jengkel, saya disertai kok hidup saya jadi begini. Bagaimana dengan pemahaman yang lain yang berkata: "Dia merekakan yang baik, tetapi tidak melepas aku dari berbagai macam penderitaan dan persoalan."
Orang ini akan membaca Mazmur ini persis seperti Daud. Dia akan berkata: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, tapi saya tidak takut bahaya. Kenapa? Ada Tuhan beserta saya. Gada-Mu dan tongkat-Mulah yang menghibur aku." Hasilnya bukan dia berkata "Tuhan kalau ada gada, ada tongkat, ada penyertaan kok saya jalan di dalam lembah kekelaman." Bukan! Justru "dalam lembah kekelaman seperti ini, ada Tongkat-Mu, ada gada- Mu, ada penyertaan-Mu." Maka kita lihat kuat kuasa Tuhan menggantikan kekuatirannya. Penghiburan Tuhan menggantikan ketakutannya dan iman kepada Tuhan menggantikan kekecewaan. Jadi yang mana kita pilih?
Waktu Daud menulis Mazmur 23 perhatiannya bukan pada sakitnya, pada masalahnya, tapi memperhatikan Tuhan dalam kehidupannya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman yang dia perhatian adalah Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu yang menghibur aku. Tuhan beserta, Tuhan berencana tetapi tidak lepaskan saya dari masalah, sehingga waktu masalah terjadi saya dihibur oleh kehadiran-Nya. Bukan terbalik, kalau Dia memang hadir, Dia punya rencana, Dia merekakan yang baik dalam hidup saya kenapa saya sakit, kenapa saya menderita seperti ini. Rontok imannya kalau begitu.
Waktu Yusuf mengatakan "Engkau merekakan yang jahat, tetapi Tuhan merekakan yang baik." Tuhan tidak lepaskan Yusuf dibuang di sumur, dijual, diperbudak, dipenjara. Dia tidak lepas dari begitu banyak kesengsaraan. Kita perlu memperhatikan antara proses dan penggenapan rekaan Tuhan yang baik dalam kehidupan Yusuf. Pada awal kehidupan Yusuf waktu dia masih di rumah ayahnya, Tuhan jauh sebelumnya sudah memberitahu dua kali melalui mimpi. Pertama melalui berkas-berkas gandum yang semua merunduk kepada dia dan kedua melalui benda-benda langit. Tuhan sudah mengkomunikasikan kepada Yusuf bahwa dia akan menjadi orang yang sangat penting. Itu rencana Tuhan bagi Yusuf. Tapi kita harus sangat teliti memperhatikan, walaupun Tuhan memberitahukan rencananya kepada Yusuf, tetapi Tuhan tidak memberitahukan proses bagaimana Dia akan menggenapi. Tidak dalam mimpi-mimpi Yusuf, Tuhan datang kemudian menjelaskan kepada Yusuf: "Yusuf kamu akan menjadi orang sangat penting. Proses pencapainya marilah sekarang Aku jelaskan detail planning atas hidupmu. Jadi engkau akan begini, suatu hari nanti oleh ayahmu disuruh menengok kakak-kakakmu ke padang domba. Ketika kamu pergi, kakak-kakakmu akan mengambil kesempatan untuk membunuh kamu, melemparkan kamu ke sumur. Tetapi jangan kuatir. Kamu akan dijual jadi budak, akan mampir sebentar di rumah Potifar, di sana engkau akan difitnah dan kamu akan dipenjarakan. Tapi jangan juga kuatir, justru di penjara itu engkau akan diperkenalkan dengan dua orang pejabat tinggi istana, melalui mereka kamu akan diperkenalkan kepada Firaun. Nanti Firaun akan Kuberi mimpi, kamu jelaskan dan lewat proses ini kamu akan mencapai rencana-Ku jadi orang penting."
Kalau ada penjelasan seperti ini, apakah Yusuf waktu masuk penjara apakah dia takut, apa dia kuatir, apa dia susah? Waktu dia dijual oleh kakaknya, waktu dibuang ke sumur dia sudah berpikir: "Oh... ya... memang Tuhan sudah berkata begini." Waktu dia jadi budak, dia difitnah, dia dimasukkan penjara dia tidak akan susah hati, karena dia tahu the whole plan Tuhan. Dia tidak akan bergumul mana itu Tuhan, katanya akan menjadikan saya orang nomor satu, buktinya malah masuk penjara. Dia tidak bakal punya pergumulan seperti itu.
Roma 8:28, Rasul Paulus memberitahukan kepada kita lewat ayat ini bahwa Allah mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Kebaikan ini berkenaan dengan seluruh rencana Allah atas kehidupan orang percaya. Itu bisa mulai ayat 29 sampai dengan 31. Kemudian Paulus melanjutkan bagaimana prosesnya Tuhan mendatangkan kebaikan itu. Yaitu dengan Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu. Sekalipun kelihatannya prosesnya dijelaskan, tetapi tidak ada detail di situ. Dan di dalam Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu, kita mungkin kehilangan orang yang kita kasihi, mungkin kita akan tertabrak, cacat, buta seumur hidup. Mungkin di dalam segala sesuatu di situ berarti penyakit kanker yang akan kita idap, mungkin kebangkrutan, mungkin pengkhianatan suami atau istri kita. Segala sesuatu di dalam itu apa? Tuhan tidak pernah detail menjelaskan kepada kita. Dia cuma berkata, "Aku akan mendatangkan hal yang baik." Apa itu? Dijelaskan di ayat 29-31. Proses bagaimana?Pokoknya Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu. Segala sesuatu itu apa? Tuhan tidak jelaskan.
Rencana baik Tuhan dalam hidup kita dan cara Dia mencapai bisa dibagi dua bagian. Pertama, Tuhan jelaskan, Dia mau kita mengerti, Dia mau kita paham akan rencana-Nya. Kedua, khusus proses pencapaiannya Dia tidak jelaskan apa-apa kepada kita. Dia tidak memberikan detail rencana-Nya, cara-Nya. Tidak ada penjelasan! Tuhan tutup, Tuhan tidak membolehkan kita memahami. Kalau begitu apa yang Tuhan minta? Iman. Prosesnya bagaimana? Di dalam segala sesuatu. Yang penting dalam segala sesuatu Tuhan bekerja apa yang Tuhan mau. Yang paling disayangkan adalah waktu kesulitan, kesususahan, kepahitan yang luar biasa terjadi di dalam hidup kita, kita suka mempertanyakan bagian yang justru Tuhan tidak buka, bagian detail yang Tuhan sembunyikan.
Yang Tuhan minta adalah kita mengatasinya dengan iman. Justru kita paling suka bertanya: "Kenapa ini terjadi?", "Kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi?" Justru pada waktu itulah membawa kegoncangan yang luar biasa pada iman kita.
Seorang wanita Kristen suaminya baru berumur 39 waktu meninggal dunia, hanya karena dokter salah diagnosa padahal dia kena usus buntu sehingga pendarahan sehingga meninggal dunia. Wanita ini hamil 7 bulan dan ada seorang anak 2 tahun. Wanita ini tidak bisa menerima kenyataan suaminya mati. Bahkan waktu upacara penguburan dia tidak membolehkan suaminya dikubur, dia berkata: "tiga hari kemudian suamiku akan bangkit." Tiga hari kemudian tidak bangkit. Akhirnya bagaimanapun suaminya dikubur. Kedua orang suami istri ini mengasihi Tuhan dengan memberikan hidup mereka untuk melayani Tuhan. Mereka bekerja di lembaga bantuan hukum, yang tahu bobroknya hukum di Indonesia dan mereka mempunyai tekad untuk berjuang sebagai anak Tuhan untuk memberikan terang walaupun hanya sebuah lilin kecil.
Seorang umur 21 tahun, minggu berikutnya akan diwisuda, nilai skripsinya A, dia adalah seorang guru sekolah minggu yang sangat berapi-api. Orang tuanya waktu dia meninggal mengatakan: "Anak inilah yang membawa kehidupan rohani di dalam rumah kami." Dia kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri yang sangat terkenal di Jakarta. Waktu banjir dia ditemukan di luar mobilnya tergeletak meninggal dunia dan hanya diangkat ke pinggir jalan begitu saja begitu saja. Keluarganya bertanya: "Kalau Tuhan betul mencintai, kenapa membiarkan anak yang begitu baik? Mana Tuhan, kenapa Tuhan diam saja? Bagaimana anak ini bisa mengalami kesulitan tanpa ada orang yang menolongnya? Kenapa ini bisa terjadi kalau Tuhan bisa mencegah? Kalau bisa menghasilkan apa yang baik"
Tuhan bisa saja pakai cara lain yang tidak mengenaskan. Kenapa Tuhan tidak membawa kita langsung, ke sasaran apa yang baik itu? Kita mempertanyakan semua ini kepada Tuhan. Kita suka berpikir, "Apa Tuhan tidak salah, kalau Dia bekerja di dalam segala sesuatu untuk mencapai kebaikan?" Mengapa bukan sebaliknya yang menghasilkan kebaikan? Kalau si suami yang sakit itu Tuhan memberi kesehatan dan panjang umur. Kalau dia boleh hidup lebih lama, bukankah dia bisa melayani lebih lama, berbuah lebih banyak, anak-anaknya tidak perlu jadi yatim. Bukankah itu yang baik? Saudara-saudara, proses ini membuat kita bertanya apa yang bisa mendatangkan kebaikan dengan kondisi seperti ini? Anak yang umur 21 tadi, kalau Tuhan memberi dia umur panjang, dia lulus, dia dapat menjadi terang Tuhan, dia lebih berbuah bagi Tuhan, apa bukan itu justru yang baik? Bukan dengan mengambil dia pada usia 21, sehingga orang tua, teman-teman, gereja kehilangan.
Bagaimana kita bisa mengatakan menghasilkan yang baik? Mestinya sebaliknya, dia ditolong Tuhan, dia dicegah Tuhan dari mara bahaya. Itu yang mengasilkan yang baik. Saudara-saudara, kita minta Tuhan memberi penjelasan. Kita ingat, dalam Tuhan merekakan yang baik, apa yang baik itu Dia buka kepada kita, Dia mau kita paham, tetapi proses mencapai itu Dia cuma berkata bahwa Dia bekerja dalam segala sesuatu. Bagaimana itu menghasilkan kebaikan, kita tidak perlu tahu. Justru pada waktu proses itu sedang terjadi, kita hancur karena kita bertanya, hal-hal yang sebetulnya Tuhan tidak akan jelaskan. Tuhan juga tidak akan minta maaf.
Seandainya si istri di dalam tidurnya bermimpi, Tuhan menjelaskan: "Hai istri jangan susah hatimu. Sekalipun engkau kehilangan suami yang kelihatan begitu baik, tetapi beberapa bulan lagi dia akan korupsi, main perempuan, itu sebabnya Aku menjemputnya lebih awal supaya nama baiknya tetap terpelihara dan hatimu tidak dilukainya." Kalau ada penjelasan seperti ini apakah istri akan berat melepaskan suaminya? Persoalannya adalah Tuhan tidak akan menjelaskan dan minta maaf. Tuhan tidak akan memberikan rincian rencana-Nya.
Tuhan memberitahu Yusuf lewat mimpi, tetapi di mana, kapan, bagaimana proses akan terjadi, Tuhan tidak pernah cerita kepada Yusuf. Kalau semua sudah dijelaskan, tidak perlu iman! Karena kita tahu keseluruhan prosesnya. Dia cuma kita minta memilih: apa yang Kujelaskan, kamu imani itu, untuk menjalani proses-proses yang tidak Aku bukakan. Atau pilihan kedua, yang tidak Tuhan buka akan merontokkan iman kita terhadap Tuhan bukakan. Kita ingin kita menjalani lembah kekelaman, atau lembah kekelaman itu justru membuat kita tidak lagi percaya bahwa Tuhan dapat menghasilkan yang baik.
Saya merasa harus membacakan Ibrani 11:36-40: "Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. "Tuhan mereka-rekakan kebaikan" dengan maksud memelihara bangsa yang besar. Kebaikan Tuhan di sini bukan berarti menurut selera kita. Walaupun Yusuf menjadi Perdana Mentri, baiknya bukan untuk Yusuf sendiri, tetapi untuk memelihara bangsa yang besar sebagai pemenuhan rencana Allah. Yang baik menurut Tuhan, bukan menurut kita.
Terakhir, kita punya dua pilihan. Yang pertama, kita akan memilih bahwa kalau Tuhan merekakan yang baik, saya taat kepada Dia, hidup saya jadi lancar. Atau kedua, Tuhan merekakan yang baik, sekalipun saya taat kepada Dia, Dia tidak akan melepaskan dari berbagai masalah. Pilihan kedua yang benar. Saat yang paling pahit, mungkin penjara, penyakit, mampukah kita punya iman yang untuk menjalani lembah kekelaman. Atau lembah kekelaman ini membuat kita hancur, tidak lagi percaya Tuhan menghasilkan yang baik.
Profil Pdt. Yohan Candawasa:
Pdt. Yohan Candawasa, S.Th. dilahirkan pada tanggal 11 Maret 1960. Selulus SMA, beliau melanjutkan studi di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, sebagai jawaban atas panggilan Tuhan baginya.
Beliau mendalami studi Biblika dan Eklesiologi yang kemudian dituangkan dalam skripsinya. Kerinduannya untuk membina jemaat Tuhan dinyatakan selama pelayanan di Gereja Kristen Abdiel Elyon, Surabaya (1985-1987) dan juga Gereja Kristen Immanuel Bandung (1988-1996). Selama pelayanan tersebut, beliau berkesempatan mengunjungi RRC dalam rangka perjalanan misi. Dalam kunjungan tersebut, beliau memperoleh beban pelayanan dari Tuhan untuk menggumuli penginjilan di RRC.
Beliau menikah dengan Stephanie, dan telah dikaruniai seorang putra bernama Yeiel Candawasa.
Tahun 1996-1997 beliau melayani sebagai Gembala Sidang di Mimbar Reformed Injili di Taipei. Kemudia tahun 1998-1999 beliau melayani di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII)-Granada Jakarta.
Mulai tahun 2000 beliau melayani di CCM (Care for China Ministry). Beliau juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII), Jakarta.
"For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek."
(Romans 1:16; King James Version)
(Artikel ini didapat dari Milis Komunitas Kristen yang diposting oleh Bp. Denny Teguh Sutandio - red)