DIMANA TANGGUNG JAWABMU?


MANUSIA TIDAK MEMILIKI APA YANG MEREKA PUNYA,

HANYALAH PENGELOLA.



“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi upah.” (Filipi 1:22)

“Dimanakah tanggung jawabmu? Setelah Yesus memerdekakan kita dari hukuman kekal, apa yang akan kita lakukan?” Pertanyaan ini seharusnya muncul dalam hati setiap orang percaya. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang teman lama. Dengan wajah sedikit tak percaya, saya memandang wajahnya. “Kamu merokok ya?”, saya bertanya dengan wajah heran. Dia hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia menyodorkan kartu namanya yang mencantumkan alamat dan tempat tinggalnya sekarang.

Setelah peristiwa itu berlalu, saya duduk terpaku dan merenung, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Teman saya itu, dulu begitu radikal dalam bersaksi dan memberitakan Firman Tuhan. Mengapa setelah 5 tahun tidak bertemu, dia kembali kepada kehidupan yang lama?”

Sementara merenungkan kejadian di atas, saya teringat beberapa pelayan Tuhan yang luar biasa, yang telah dipakai Tuhan untuk memberkati ribuan orang, namun mereka ‘jatuh’ juga. Saya bertanya kepada diri sendiri, “Mengapa mereka ‘jatuh’? Apakah Tuhan tidak adil terhadap mereka?” atau “Dimanakah Tuhan ketika mereka ‘jatuh’? Apakah Tuhan tidak dapat menolong mereka?”

Semua pertanyaan ini membuat saya mengambil suatu kesimpulan, bahwa tidak ada seorangpun dapat disebut ‘raksasa rohani’. Setiap orang yang sudah dimerdekakan dan mengalami kelahiran baru, serta dilepaskan dari setiap keterikatan, harus bertanggungjawab terhadap kehidupan baru yang Tuhan berikan. Kita harus bertanggungjawab atas kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada kita. Jikalau kita tidak berjaga-jaga, kita bisa jatuh dan terikat kembali pada kehidupan lama yang menjajah kemerdekaan kita yang sesungguhnya.

Dalam salah satu bukunya, John Maxwell mengatakan, “Bila kita sudah mencapai puncak prestasi dari apa yang menjadi tujuan kita, maka grafik pertumbuhan kita biasanya mulai menurun. Penyebab menurunnya grafik tersebut adalah kepuasan diri.”

Raja Daud adalah contoh klasik tentang seorang yang luar biasa dihadapan Tuhan, tetapi jatuh juga dalam dosa. Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya telah membuatnya lengah, sehingga pada suatu saat dimana dia seharusnya maju berperang, dia malah bersantai dan berjalan-jalan di atas sotoh istananya. Kelalaiannya telah membuahkan perzinahan dengan Batsyeba dan berlanjut pada pembunuhan Uria, suami Batsyeba ( 2 Samuel 11 ).

Seorang teman saya pernah ikut berperang di Ambon, dan ia bercerita bahwa saat yang paling mencekam di dalam hidupnya adalah ketika masa gencatan senjata. Saat dimana keadaan seolah-olah aman. “Kita tidak tahu kapan akan diserang oleh musuh. Sebab, sewaktu-waktu serangan dilancarkan secara sporadis,” katanya. Hal yang sama terjadi juga dengan orang Kristen. Jika kita tidak waspada, maka kita akan diserang oleh si jahat sehingga kehidupan kita tidak menghasilkan buah yang baik.

Setelah kemerdekaan diperoleh suatu bangsa, bangsa itu tentunya membutuhkan suatu pemerintahan yang baik apabila mereka tidak ingin kembali dijajah oleh musuh lama mereka. Sebuah pemerintahan yang kuat akan mampu menanggulangi segala bahaya laten apapun.

Ketika kita dimerdekakan Yesus dari hukuman kekal, maka sekarang kita berada dalam pemerintahan-Nya. Kebebasan yang Yesus berikan tidak dimaksudkan untuk mengejar kepuasan diri, melainkan untuk bertanggung jawab dalam pemerintahan-Nya, dengan menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan. Rasul Paulus berkata, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:22)

Mengapa kita harus berbuah? Berbuah adalah bentuk pertanggungjawaban kita terhadap kemerdekaan yang kita terima dari Tuhan. Dalam hal apa sajakah kita perlu berbuah?

1. BUAH KARAKTER
Semakin dewasa seseorang di dalam Kristus, karakternya akan semakin berkembang baik dan dewasa. Karakter adalah sebuah kualiatas kehidupan. Kharisma dapat membuat seseorang menuju puncak, namun hanya karakter yang dapat mempertahankannya. Karakter awal yang perlu dimiliki dan dilatih adalah kesetiaan. Dengan kesetiaan semua bidang karakter lainnya bisa kita miliki.

2. BUAH JIWA
Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Pohon mangga menghasilkan buah mangga. Pohon duren menghasilkan buah duren. Kita sebagai murid Kristus seharunya menghasilkan murid Kristus lainnya. “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu” (Matius 28:19-20).

3. BUAH PELAYANAN
Potensi dan talenta yang Tuhan telah tanam dan berikan dalam hidup kita sangat luar biasa. Kita perlu memaksimalkan dan memberdayakan segenap potensi kita dalam lingkungan keluarga, komunitas supaya nama Tuhan semakin dimuliakan dan banyak orang semakin mengenalNya. Apakah Anda merasa sudah memaksimalkan potensi Anda?

Mari kita isi kemerdekaan yang kita terima ini dengan menghasilkan buah yang baik dan berkenan. Jangan sampai karya Yesus yang memerdekakan kita menjadi sia-sia



~ CMN ~



AddThis Social Bookmark Button