Renungan Pagi (770)
Yoh 13:34-35 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
Pagi itu, seluruh tubuh Simon Petrus lemas. Ia duduk terpuruk di sudut, di tempat yang sunyi, sementara keramaian massa mulai menggeliat menyambut hari yang baru. Hari yang mengerikan. Betapa menakutkan! Petrus merasa semuanya berputaran dengan cepat; dimulai dari Perjamuan, lalu Taman Getsemani, dan tahu-tahu saja Tuhan sudah ditangkap dan dibawa ke hadapan orang-orang munafik. Dan ia sendiri, bukankah ia juga seorang munafik, yang sudah menyangkal Gurunya sendiri sampai tiga kali? Petrus malu dengan dirinya sendiri, marah kepada dirinya sendiri. Seharusnya ia menantang mereka dengan pedang, dan lebih baik mati bersimbah darah! Tapi dirinya adalah pengecut yang menggigil melihat kebuasan orang-orang yang mengatakan diri suci.
Ketika Sang Guru telah ditangkap, dan sekarang ini pasti sedang disiksa, apa lagi yang tersisa? Petrus tiba-tiba teringat dengan perkataan Yesus pada saat Perjamuan. Perintah aneh yang dikeluarkan, yang disebut sebuah perintah baru: kamu harus saling mengasihi. Sudah beberapa tahun mereka bersama, tentu saja murid-murid saling mengasihi! Waktu itu, perintah itu terasa mudah dan sepele, sesuatu yang wajar dan sudah lama dilakukan. Namun kini, Petrus sadar betapa sukar mengasihi teman-temannya, yang tidak kompak mengangkat pedang melindungi Yesus di Getsemani. Dirinya pun mungkin dibenci mereka, karena menyangkal Tuhan dan Guru yang dikasihi. Dalam keadaan kalut dan kacau, betapa mudah untuk saling menyalahkan. Betapa sukar untuk mengasihi.
Perintah Tuhan Yesus melampaui kebencian dan keputusasaan. Ini adalah perintah untuk terus bersama-sama, terus saling memperhatikan, bahkan di saat yang satu mengkhianati yang lain. Mengasihi di saat yang sukar, ketika yang satu melukai yang lain, kala awan kekecewaan menyelimuti persekutuan. Kasih lebih dari penderitaan, lebih dari rasa sakit, dan itulah tanda dari murid-murid Kristus! Inilah perintah yang telah mempertahankan gereja mula-mula tetap berdiri di tengah badai kesulitan, dan berkembang hingga hari ini. Perintah yang berlaku juga bagi kita sekarang. Marilah saling mengasihi!
Jika kita di saat terluka masih mengasihi, maka kasih itu adalah kasih Ilahi yang diberikan kepada kita. Terpujilah TUHAN!
Salam kasih,
Donny
~ Milis - renungansehari ~
![]()