KESAKSIAN HARI DARMAWAN

Waktu itu, anak saya Suzan yang sangat percaya pada Tuhan sejak usia 8 tahun hingga berusia 21 tahun, dan selalu menunjukkan sikap hidupnya yang diberkati Tuhan menceritakan kepada saya bahwa Tuhan itu baik padanya selama ini, Suzan mengatakan, dia percaya bahwa Tuhan sudah memelihara dan membesarkan dirinya. Ketika Suzan menceritakan kebaikan Tuhan kepada saya, hati saya tersentuh. Hati saya tergugah bahwa benar- benar ada Tuhan, karena anak saya baik-baik semuanya. Anak saya tidak berlaku jahat, meski kesempatan itu ada.Peluang untuk mereka, anak-anak saya berbuat negatif itu ada dan sangat besar. Apalagi, mereka saya lepas hidup di Singapura dengan materi yang cukup. Di Singapura itu ada banyak anak-anak yang jadi jahat,tapi banyak juga yang baik. Kesempatan itu ada disana, baik itu diskotik, kehidupan bebas, dan sebagainya. Tapi puji Tuhan, saya bahagia sekali,anak-anak saya baik semuanya.

Bahkan lewat Suzan, saya disadari bahwa Tuhan yang memberikan anugerah kepada semua kehidupan ini. Saya pikir, dengan sikap anak-anak saya ini, saya percaya bahwa Tuhan sudah memilih saya untuk menjadi anakNya.

Begitu saya tahu bahwa Tuhan mengasihi saya dan keluarga saya, maka saya menangis berhari-hari. Saya ingat bahkan menangis itu sampai seminggu, ketika saya merasa "God touch my heart". Saya kira itu adalah karya Roh Kudus, yang bekerja dalam hati saya, hingga saya digoyang seperti itu.

Kalau saja yang bicara soal Tuhan itu anak saya yang bersikap tidak baik, dan percaya kepada Tuhan, 'go to hell'lah. Tapi, saya bangga dengan anak saya karena dia begitu hebat dan berhasil.

Tuhan Memproses Setelah saya mulai kenal Tuhan, dan saya benar-benar merasa Tuhan bekerja untuk saya. Saya mulai dibentuk, diproses berat. Sekitar tiga tahun, saya baru benar-benar merasakan sukacita penuh, dan hidup itu begitu menyenangkan dan penuh dengan damai sejahtera.

Hari Darmawan, ayah empat anak dan peraih Aprindo Award ini berkata dengan rendah hati, "Hidup itu diberikan oleh Tuhan dan Dia yang atur rejeki kita. Kedua, kalau dulu mencari uang hanya untuk berbelanja, main perempuan, dan hidup bermewah-mewah. Tapi sekarang kita merasa malu sekali, jika hanya bisa mencari uang untuk diri sendiri, tanpa melihat kehidupan sosial."

Hari mengatakan, orang sering berkata, ya, hidup saya senang, mewah, atau banyak hoki. "Tapi saya tidak percaya itu. Saya hanya percaya kalau saya punya hidup sukacita hanya didalam Tuhan. Saya tidak bisa ungkapkan dengan kata-kata bagaimana sukacita saya, karena itu sangat luar biasa," tambahnya. Sebab, sambung peritel terbesar itu, sukacita itu tidak perlu diungkapkan. Hatinya sudah kaya, penuh sukacita. Jadi, tegas Hari, ketika menerima Tuhan Yesus, banyak terjadi perubahan yang radikal pada diri saya. Saya lebih mengenal sesama manusia dan lebih menghargai, mencintai sesama."Biasanya saya mengikuti persekutuan diantara staf yang terdiri dari kurang lebih 20 orang, dengan mengundang pengkhotbah. Dalam persekutuan itu, saya semakin dikuatkan dan bisa menolong orang lain yang sedang stres. Jadi, biar kaya, kita tetap memerlukan Tuhan. Banyak anak muda yang ingin cepat kaya tapi dalam hidupnya tidak peduli pada orang lain dan tidak berjiwa sosial," katanya.

Menyinggung soal bisnis Matahari-nya, Hari mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan citra toko baru. Sedangkan soal nama 'Matahari', Hari Darmawan mengatakan, "Karena saya ini orang Kristen, 'matahari' itu berarti matanya Darmawan. Karena mata itu ada di hati saya, maka matahari itu harapan dan visi saya. Saya benar-benar belum tahu, tapi yang saya tahu hanya 'Matahari' saja waktu itu, ketika memberi nama usahanya. Saya percaya semua sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan," katanya.

Tetap Geliat Ketika jaman krisis, bisnisnya tetap geliat, padahal banyak pesaing tangguh, Hari mengatakan, semua itu cuma anugerah Tuhan semata. Meski, dirinya sama seperti orang lain, yang mengalami tokonya dibakar dan dijarah. "Saya cuma serahkan semuanya kepada Tuhan, dan saya tetap berdoa," kata Hari Darmawan.

Hari Darmawan mengatakan, dirinya adalah ayah dan pebisnis yang bahagia. Pasalnya, sebagai seorang ayah, dia tidak perlu repot-repot mendidik anak-anaknya. Karena mereka semua sudah masuk gereja dan sangat rajin sekali. "Jadi, saya tidak terlalu menguatirkan anak-anak saya. Mereka yang membawa saya untuk lebih dekat dengan Tuhan," jelasnya.

Kini, Hari mengakui, obsesinya hanya terus melayani sambil meningkatkan apa yang sudah Tuhan berikan padanya.

Written by Jack
Wednesday, 10 May 2006

~ Milis FGBMFI ~