Menetapkan Nilai Diri

Nilai adalah hal yang penting bagi manusia. Seorang anak mungkin menempatkan penghargaan yang besar pada sebuah mainan atau binatang peliharaan. Orang dewasa mungkin sangat menghargai keluarga atau pekerjaannya. Apa yang berharga bagi seseorang belum tentu berharga bagi orang lain. Dalam pengertian ini, nilai menjadi panduan menentukan tindakan seseorang. Orang yang sangat menghargai hubungan keluarga akan memusatkan waktu dan energinya ke arah itu. Jika karier atau hobinya yang lebih diutamakan, anerginya akan dipusatkan di bidang itu.

Seorang pendeta bercerita bagaimana ia menemukan arah yang benar dari nilai-nilainya. Dalam melayani sebagai pemimpin dari satu pelayanan yang sedang berkembang, ia mendapati dirinya terlibat dalam banyak sekali keonseling sebagaimana tanggung jawab administratif dan mengajar. Ia menikamati pekerjaan konseling. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membuka sebuah pusat konseling. Ketika pelayanan baru ini bertumbuh, semakin besar pula jumlah waktu yang dituntut untuk memastikan agar pelayanan ini tetap berjalan. Dari subuh hingga larut malam ia memelihara pelayanan yang menuntut perhatiannya ini.

Pada suatu pagi yang tidak terlupakan, sekretarisnya menelepon kantornya dan memberitahunya bahwa ada seorang perempuan muda menunggu di beranda untuk bertemu dengannya. Ia menjawab bahwa jadwalnya sudah padat untuk seluruh hari itu dan meminta agar perempuan itu membuat janji lebih dulu. Sekretarisnya menekankan bahwa perempuan itu mempunyai satu masalah, ia ditelantarkan oleh orang tuanya. Menurut sekretarisnya, situasi ini membutuhkan perhatian segera. Apakah ia akan menemui perempuan itu meskipun hanya sebentar ? Walaupun merasa gelisah, ia menjawab bahwa ia akan menemui perempuan itu, tetapi hanya karena itu adalah keadaan darurat.

Ia sedang sibuk memperbarui tumpukan ctatan berisi janji-janji sebelumnya sehingga tidak melihat perempuan itu memasuki kantornya. ketika akhirnya melihat perempuan itu, ia mendapati dirinya sedang menatap langsung ke mata putrinya sendiri. Dengan rendah hati, ia meminta maaf kepada putrinya dan membatalkan janji-janjinya. Ia melewatkan sisa hari itu bersama putrinya.

Ini menjadi pelajaran yang pahit. Pendeta ini dengan tidak bijaksana telah menempatkan pelayanannya lebih utama daripada keluarganya. Dengan hal ini sebagai nilai dasarnya, seluruh waktu dan energinya dipusatkan ke arah sana.

Anak-anak Allah harus mempunyai pendekatanyang holistik terhadap nilai-nilai. Holistik mengacu pada seluruh pribadi orang itu. Hal ini termasuk nilai-nilai fisik, sosial, budaya, keluarga, rohani, mental dan pelayanan. Ketika setiap bidang telah di periksa dengan teliti dalam hal berapa banyak penekanan, waktu dan usahayang harus diberikan, seseorang akan menyesuaikan prioritasnya sehingga mempunyai keseimbangan yang sesuai.

Banyak hal yang dihargai orang itu menjadi dasar dan membentuk fondasi di mana di atasnya mereka membangun seluruh nilai-nilai mereka. Hal ini dapat di sebut "nilai primitif". Hal-hal lain tidaklah sepenting nilai primitif ini, dan dibangun di atas dasar ini. Tindakan yang mendukung hal ini disebut nilai "sekunder' atau "tidak penting". Nilai primitif ini bersifat mendasar dan secara universal diterima oleh orang-orang yang hidup di satu masyarakat tertentu. Moral, standar, perilaku benar atau salah, penghargaan terhadap kehidupan, kesetiaan, dan harta milik adalah bagian dasar yang diatasnya berbagai nilai dan tindakan lain dibangun.

Ketika ada pertentangan antara apa yang dipegang orang sebagai keprcayaan primitif dan tindakan mereka, seluruh struktur nilai mereka berada dalam bahaya. Bertindak di dalam lingkup sistem primitif mereka sangat penting bagi kesehatan mental orang-orang.

Bagi orang-orang Kristen, Alkitab memberikan seperangkat standar. Denagn Alkitab sebagai panduan mereka (nilai primitif), mereka dapat membangun standar sekunder atau standar tidak penting. Nilai primernya mungkin adalah orang-orang Kristen memberikan tempat berteduh yang layak bagi keluarga mereka. Jika hal ini belum mapan, mereka akan mengalami tekanan batinyang amat besar. Nilai sekunder yang berhubungan mungkin adalah jenis perumahan yang disediakan. Sebagai contoh, beberapa orang merasa puas dengan rumah mobil atau apartemen. Yang lainlebih suka rumah pertanian. Lokasi rumah mungkin juga penting. Beberapa orang merasa nyaman tinggal di tengah hiruk pikuknya kota, sementara yang lain lebih suka tinggal di tempat yang jauh dari keramaian atau di daerah pinggiran kota. Walaupun nilai sekunder seseorang mungkin penting, itu bukanlah nilai primer jika nilai itu bukan merupakan pondasi yang diatasnya orang tersebut menentukan identitas pribadi dan pola perilaku dasarnya.

Guru sekolah mungkin percaya bahwa kurikulum yang satu lebih baik daripada kurikulum lainnya. Jika pihak sekolah memutuskan untuk tidak menggunakan materi dari penerbit itu, sang guru mungkin tidak setuju dengan keputusan mereka. Namun jika kurikulum itu pada dasarnya baik, seharusnya hal itu tidaklah begitu penting dibandingkan dengan sistem nilai totalnya atau hubungan sang guru dengan orang-orang di sekolah.

Berulang kali kami menekankan kualitas individual dari masing-masing orang. Sebagaimana masing-masing orang diciptakan dengan bakat, kemapuan, dan karakteristik lain yang khusus, maka ia berkembang dalam satu cara yang khusu pula. Setiap kualitas pribadinya mempengaruhi caranya memandang dunia dan sistem standar yang diberikan kepadanya. Maka dari itu, penting bagi masing-masing orang untuk mempelajari nilai yang tepat bagi dirinya.

Dua orang Kristen membicarakan perbedaan gaya hidup mereka. Keduanya sama-sama efektif di dalam pekerjaan mereka, aktif di Gereja merka, dan berkomitmen di dlam rumah tangga mereka. Namun standar pribadi mereka menuntut suatu formula berbeda untuk mencapai suatu keseimbangan yang sehat.

Pak A mengendarai sebuah mobil tua yang tampaknya sudah usang dan telah beberapa kali masuk bengkel. Ia tinggal di sebuah rumah tua yang perlu di cat ulang. Perabotan yang sudah usang menjadi bagian dari rumah itu dan banyak barang berserakan yang tampaknya tidak pernah dibereskan. Istrinya memilih untuk tidak bekerja di luar rumah dan memusatkan waktunya untuk membesarkan anak-anak mereka.

Pak B mengendarai mobil baru yang selalu tampak bersih. Ia tinggal di sebuah rumah modern sederhana yang dilengkapi dengan perabotan masa kini yang tampak bersih. Istrinya memilih untuk bekerja di luar rumah, mengembangkan profesi dan membantu keuangan keluarga.

Masing-masing lelaki itu merasa bahwa dirinya sedang menjalani sebuah gaya hidup yang seimbang dan sehat baginya. Pak A senang mempunyai istri yang tinggal di rumah dan merasa nyaman dapat meletakkan kakinya di meja tempat minum kopi. Pak B tidak akan merasa nyaman tinggal dilingkungan semacam itu. Walaupun tidak terlalu rewel, ia merasa tidak nyaman dengan barang-barang yang berserakan dan percaya bahwa segala sesuatu harus diletakkan pada tempatnya.

Masing-masing orang seharusnya menetapkan standar dalam setiap bidang dalam hidupnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kesukaan pribadinya. Kemudian, ia harus berusaha keras menetapkan standar dan hidup dalam batasan standar itu. Hal ini termasuk jumlah waktu yang digunakan untuk berdoa dan mempelajari Alkitab, waktu yang berkualitas untuk keluarga, bidang pelayanan, kebutuhan keuangan, perkembangan pribadi dan profesional, dan waktu yang dilewatkan bersama dengan pasangannya.

Kitan Amsal menekankanbahwa masing-masing orang Kristen perlu menciptakan keseimbangan yang sehat. Dalam Amsal 30:8,9 dikatakan, "Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makan yang menjadi bagianku. Supaya kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu ? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."

Lebih dari satu orang yang telah mendapat masalah besar karena kelebihan ataupun karena kekurangan uang. Seseorang yang ingin memberikan sebuah kehidupan yang baik dan sehat kepada keluarganya mudah terpancang pada hal-hal yang tidak dapt diperolehnya. keseimbangan yang sehat terlihat ketika kita banyak memikirkan hal-hal "yang tidak dimiliki." Terlalu banyak membicarakan dan memikirkan hal-hal materi yang tidak dimilikiseseorang tidak akan membuat hubungan seseorang dengan Allah semakin bertumbuh. Kedewasaan rohani dan penilaian yang sehat terhadap kebutuhan itu diperlukan sebelum orang-orang Kristen dapat menentukan penekanan yang akan diterapkan dalam tiap-tiap bidang kehidupan mereka. Pada papan pengumuman di dapur rumah sepasang suami istri Kristen terpampang tulisan yang dirancang untuk menolong mereka menjaga perspektif yang benar atas prioritas mereka. Tulisan itu berbunyi: "Hal yang terpenting dalam kehidupan bukanlah barang-barang."

Kehidupan yang sehat dan seimbang akan memungkinkan pertumbuhan dan kenyamanan dalam hal rohani, sosial, keuangan, pribadi, dan rumah tangga. Sebagai anak Allah, setiap orang Kristen harus berusaha keras untuk membawa kehormatan dan kemuliaan dalam semua perkataan dan perbuatannya.

(Budi Rahajo/Generasi Maksimal/Penerbit ANDI)

~ ReMa ~