KRISTOLOGI : INKARNASI (PENJELMAAN) - Bagian III

c. KEADAAN INKARNASI

Keadaan Inkarnasi dapat dijelaskan menjadi 3 bagian :

1. Keadaan inkarnasi adalah ketergantungan dan kepatuhan atau ketaatan,

Karena inkarnasi tidak mengubah hubungan antara Anak dan Bapa. Bapa dan Anak tetap dan terus berada dalam persekutuan yang tidak pernah putus. Anak mengatakan dan melakukan apa yang ‘diberikan’ Bapa untuk Dia katakan dan Dia lakukan, dan tidak pernah satu kali pun melampaui atau melangkahi kehendak Bapa (bandingkan dengan peristiwa pencobaan pertama Matius 4:2 dab).

Ketidak-tahuanNya yang Dia akui sendiri tentang kapan waktu kedatanganNya yang kedua kali (Markus 13:32) hal tersebut diterangkan dalam pembahasan yang lain (http://sarapanpagi.6.forumer.com/viewtopic.php?p=946#946). Hal tersebut bukanlah sebagai kepura-puraan dengan tujuan yang baik (seperti pernah dikemukakan oleh Aquinas), maupun sebagai bukti bahwa Dia telah mengesampingkan pengetahuanNya yang ilahi demi dan selama inkarnasi (teori kenosis), melainkan untuk memperlihatkan bahwa Bapa tidak menghendaki Anak yang kala berkenosis sebagai manusia untuk mengetahui ‘waktu’ kedatanganNya yang kedua kali.

2. Keadaan Inkarnasi adalah tanpa dosa dan tanpa cela.

Sebab inkarnasi sekali-kali tidak mengubah kodrat asasi dan watak ke-Allah-an Yesus Kristus. Bahwa seluruh hidup Anak, seutuhnya adalah tanpa dosa dan cela, beberapa kali ditegaskan :

* 2 Korintus 5:21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
TR : ton gar mê gnonta amartian uper êmôn amartian epoiêsen ina êmeis ginômetha dikaiosunê theou en autô

* 1 Petrus 2:22
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya
TR : os amartian ouk epoiêsen oude eurethê dolos en tô stomati autou

* Ibrani 4:15
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
TR : ou gar echomen archierea mê dunamenon sumpathêsai tais astheneiais êmôn pepeiramenon de kata panta kath omoiotêta chôris amartias

* Yohanes 8:46
"Siapakah antara kamu dapat membuktikan bahawa Aku berdosa? Jika Aku mengatakan apa yang benar, mengapa kamu tidak percaya kepada-Ku?"
TR : tis ex umôn elegchei me peri amartias ei de alêtheian legô diati umeis ou pisteuete moi

* 1 Yohanes 3:5,
"Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa."
TR : kai oidate oti ekeinos ephanerôthê ina tas amartias êmôn arê kai amartia en autô ouk estin

Bahwa Yesus bebas tidak terhisap dan tidak tercemar aib dosa asli Adam, adalah nyata dari fakta bahwa Dia tidak terikat untuk harus mati akibat dosa sendiri karena Dia tanpa dosa :

* Ibrani 7:26
Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga
TR : toioutos gar êmin eprepen archiereus osios akakos amiantos kechôrismenos apo tôn amartôlôn kai upsêloteros tôn ouranôn genomenos
Interlinear : toioutos gar {FOR SUCH} êmin {US} eprepen {BECAME} archiereus {A HIGH PRIEST,} osios {HOLY,} akakos {HARMLESS,} amiantos {UNDEFILED,} kechôrismenos {SEPARATED} apo {FROM} tôn amartôlôn {SINNERS,} kai {AND} upsêloteros {HIGHER} tôn {THAN THE} ouranôn {HEAVENS} genomenos {BECOME:}

Dia yang tanpa dosa, dapat mati untuk mewakili orang lain. Artinya ‘yang benar’ mengambil tempat dari orang ‘yang tidak benar’ :

* 2 Korintus 5:21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah
TR : ton gar mê gnonta amartian uper êmôn amartian epoiêsen ina êmeis ginômetha dikaiosunê theou en autô

* Roma 5:16Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran
TR : kai ouch ôs di enos amartêsantos to dôrêma to men gar krima ex enos eis katakrima to de charisma ek pollôn paraptômatôn eis dikaiôma

(bandingkan dengan Galatia 3:13; 1 Petrus 3:18 ).

Bahwa Dia tidak bercela, dan mustahil dapat berdosa, itu adalah sebagai akibat dari fakta bahwa Dia tinggal tetap sebagai Anak Allah (bnd Yohanes 5:19,30).

KeilahianNya adalah jaminan bahwa dalam kehidupanNya sebagai manusia, Dia akan mencapai ketidak-berdosaan, yaitu prasyarat mutlak jika Dia akan mati sebagai ‘Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat’ (1 Petrus 1:19).

3. Keadaan Inkarnasi adalah penuh pencobaan dan konflik moral

Sebab inkarnasi adalah benar-benar masuk dan melibatkan diri ke dalam kondisi hidup moral manusia. Kendati, sebagai Allah, tidak kenal menyerah kepada pencobaan, tetapi sebagai manusia, Dia wajib memerangi pencobaan, dan dalam pencobaan-pencobaan yang menimpaNya, Dia tidak jatuh. Dia memeranginya dan menang (Matius 4:1-11). Kitab Ibrani menyatakan, berdasarkan pengalaman Kristus sendiri menghadapi pencobaan dan harga tinggi yang dituntut ketaatan, maka Dia mampu memberikan simpati yang efektif dan pertolongan kepada orang-orang percaya yang dalam pencobaan dan dalam keadaan hampir putus asa :

* Ibrani 2:18
Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai
TR : en ô gar peponthen autos peirastheis dunatai tois peirazomenois boêthêsai

* Ibrani 4:14-16
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita
TR : echontes oun archierea megan dielêluthota tous ouranous iêsoun ton uion tou theou kratômen tês omologias
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
TR : ou gar echomen archierea mê dunamenon sumpathêsai tais astheneiais êmôn pepeiramenon de kata panta kath omoiotêta chôris amartias
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
TR : proserchômetha oun meta parrêsias tô thronô tês charitos ina labômen eleon kai charin eurômen eis eukairon boêtheian

Amin.

Blessings,
BP
November 16, 2005
Kepustakaan :Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, halaman 440-443.
Dari :
J Denney, Jesus and the Gospel, 1908
PT Foryth, The Person and Place of Jesus Christ, 1909
HR Machintosh, The Doctrine of the Person of Jesus Christ, 1912
Etc.

~ AP ~