Firman Menjadi Daging (2)
SUMBER YANG TEPAT UNTUK MENGHADAPI PERGUMULAN
Apa yang telah diberikan Firman kepada kita sehingga kita dapat berbicara dengan standar Allah dan menurut rancangan-Nya? Dalam doa singkat di Efesus (1:15-23), Paulus memakai empat kata yang dinamis untuk menyatakan sumber-sumber daya yang menjadi milik kita karena karya penebusan Kristus.
Kata yang pertama adalah harapan. Di dalam Sang Firman kita menemukan harapan bagi perkataan kita. Harapan ini bukan keinginan dalam mimpi atau pengharapan yang tidak berdasar. Tidak, harapan yang alkitabiah tidak kurang dari suatu pengharapan penuh keyakinan akan hasil yang pasti. Di dalam Dia kita dapat menang dalam perang dengan kata-kata. Kita tidak perlu berkompromi dengan komunikasi yang penuh dengan kegetiran, kemarahan, perusakan, dan usaha memecah belah. Kita boleh memiliki standar yang tinggi dan menentukan target yang tinggi, bukan karena siapa kita ini, tetapi karena apa yang telah Dia lakukan. Oleh karena itu, kita menolak status quo, kita menolak membiarkan kesinisan yang ditimbulkan oleh keputusasaan merambat dan menyebabkan kita menyerah di dalam pergumulan. Tidak, kita hidup dan berbicara dengan iman dan keberanian, kita percaya bahwa sesuatu yang lebih baik dapat dicapai karena apa yang telah Dia lakukan.
Sebagai istri, Anda tidak boleh membiarkan diri Anda percaya bahwa komunikasi di dalam pernikahan Anda tidak akan pernah membaik. Dalam Sang Firman ada harapan. Sebagai suami, Anda tidak boleh menyerah pada kemarahan Anda dan kata-kata yang dicetuskan oleh kemarahan itu. Ada harapan. Sebagai seorang teman, Anda tidak boleh menolak berbicara di saat Anda terluka, dengan mengira itu tidak apa-apa. Ada harapan. Sebagai orang tua, Anda harus percaya bahwa Anda dapat melayani anak- anak Anda sekalipun Anda sendiri terluka dan terkuras, karena Sang Firman telah datang, dan bersama-Nya juga, ada harapan. Pembaca, tanyakanlah pada diri Anda, "Apakah komunikasi saya mengalir dari keyakinan saya akan karya Firman yang memberikan sumber kekuatan?"
Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara dengan sikap saleh ketika anak remaja yang membangkang menolak kita? Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara seperti yang dirancang oleh Allah kepada suami yang menjauh, istri yang kritis, teman Kristen yang getir, atau tetangga yang suka bertengkar? Dari mana kita mendapatkan kekuatan untuk berbicara dengan benar kepada majikan yang keras, penuntut, dan tidak berterima kasih, atau kepada anak-anak yang mementingkan diri sendiri dan terus mengeluh? Harapan apa yang kita miliki untuk komunikasi yang utuh ketika kita memulai pembicaraan yang sulit dalam keadaan lelah dan patah semangat? Apa yang akan kita lakukan ketika kita bergumul dengan kegetiran kita sendiri, ketika kita marah, atau bergumul dengan keinginan mengikuti jalan kita sendiri? Apa yang akan menolong kita ketika tuduhan kepada kita tidak benar, ketika kita merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan, atau kebaikan kita dianggap sudah menjadi kewajiban kita? Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara dengan cara yang menunjukkan karya Allah dalam diri kita dan bukannya menurut keinginan dari sifat dosa kita? Harapan kita satu- satunya adalah Sang Firman. Karya-Nya bagi kita mengubah sama sekali cara yang dapat kita pakai untuk menanggapi pergumulan kata-kata kita.
Anda mengetahui bagaimana cara kerjanya. Kebanyakan dari komunikasi kita sehari-hari tidak ditata atau ditulis. Kita terus-menerus hanyut ke dalam saat-saat yang bukan merupakan bagian dari agenda kita untuk hari itu.
Misalnya anak laki-laki saya datang kepada saya pada Kamis malam jam 10:30 dan berkata, "Papa, saya harus menyerahkan tugas pelajaran sains besok dan ada beberapa hal yang saya butuhkan." Ingat, dia telah mendapat tugas ini selama berminggu-minggu! Sambil mencoba menjaga ketenangan, saya menanyakan apa yang dia butuhkan. "Oh, saya memerlukan sedikit papan untuk poster," dia mengatakan dengan ragu- ragu. "Itu masih lumayan," saya berpikir. "Kita dapat menyatukan karton-karton yang ada di rumah." "Ada lagi?" saya bertanya. Dia berkata, "Oh, mungkin saya perlu beberapa spidol." Saya dapat merasakan tingkat kemarahan saya meningkat, tetapi saya berdalih bahwa kita mungkin dapat menuangkan air ke dalam beberapa spidol kering yang ada di rumah untuk menyelesaikan satu proyek lagi. Sekali lagi saya bertanya, "Ada lagi yang lain?" Dengan suara yang ketakutan dia berkata, "Dua belas anak ayam." Saya tidak dapat mempercayai apa yang saya dengar! Saya merasakan wajah saya merah padam. "Tentu saja, saya akan pergi ke toko ayam 24 jam dan membeli selusin yang segar!"
Dalam sekejap mata perang ini berkecamuk -- bukan, bukan antara anak laki-laki saya dan saya, tetapi di dalam hati saya. Saya marah dan frustrasi. Saya sudah lelah dengan ranjau-ranjau kesulitan yang tidak terduga. Dengan menghantamnya dengan kata-kata, saya dapat dengan berkuasa membuat kedudukan menjadi seri. Saya ingin mengatakan kepadanya betapa bodohnya dia dan bahwa dia gila kalau dia pikir saya akan membantunya. Saya ingin mengatakan kepadanya bahwa di zaman saya, saya tidak pernah menunda-nunda tugas. Banyak sekali yang ingin saya katakan, dan pada saat itu, sebaiknya saya mempunyai harapan yang memampukan saya untuk melawan semua yang ingin saya lakukan secara naluriah!
Jika perang berkecamuk di dalam hati kita pada momen-momen kecil dan biasa, betapa hebatnya perang ini akan hadir pada momen-momen yang menyakitkan dalam pernikahan, momen-momen yang mengecewakan sebagai orang tua, dan kegagalan yang mengecewakan di dalam tubuh Kristus! Kebanyakan dari momen-momen ini tidak dapat dihindarkan, tetapi Anda akan menghadapinya dengan cara yang sama sekali berbeda jika Anda percaya bahwa karena karya Firman, ada harapan bagi kita. Tiga kata berikut yang dipakai Paulus untuk melukiskan harapan itu.
SEGALA SESUATU YANG KITA PERLUKAN
Kata kedua yang dipakai Paulus dalam Efesus 1:15-23 untuk menunjukkan manfaat dari karya Sang Firman pada saat ini adalah kekayaan. Paulus mengatakan tentang "betapa kayanya kemuliaan di dalam Kristus". Apa yang dia sampaikan di sini? Petrus menangkapnya dengan baik ketika dia mengatakan bahwa "kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2Petrus 1:3). Bukan hanya banyak, melainkan segala sesuatu yang berguna. Perhatikan kata-kata itu di sini. Kata kerja di dalam ayat Alkitab ini ("telah menganugerahkan") memakai bentuk waktu perfektif, yang menunjukkan suatu tindakan di masa lalu dengan akibat yang terus berlangsung hingga ke masa yang akan datang. Artinya, Kristus telah memasukkan segala sesuatu yang saya perlukan ke dalam perbendaharaan saya. Mungkin Anda bertanya, "Untuk apa?" Petrus mengatakan, "Untuk hidup yang saleh." Kepada saya telah dianugerahkan bukan hanya segala sesuatu yang saya perlukan untuk hidup yang kekal, melainkan juga segala sesuatu yang saya perlukan untuk menjalankan kehidupan yang saleh sejak saya diselamatkan sampai Allah membawa saya pulang kepada Dia!
Biarlah kuasa dari kata-kata ini diserap. Tuhan tidak akan pernah membiarkan Anda di dalam suatu keadaan tanpa memberikan semua yang Anda butuhkan untuk melaksanakan panggilan-Nya bagi Anda.
Misalnya, Anda adalah seorang istri yang berada dalam pembicaraan yang sangat sulit dengan suami Anda. Untuk saat seperti ini sudah ada kekayaan di dalam perbendaharaan Anda. Mungkin Anda adalah pekerja yang bergumul menghadapi majikan yang sangat kritis. Segala sesuatu yang Anda butuhkan untuk berbicara dengan saleh telah diberikan. Sebagai orang tua, Anda menghadapi satu hari lagi dimana anak remaja Anda membangkang dan tidak hormat. Tuhan telah memberikan semua kekayaan yang Anda perlukan untuk melewati luka dan kemarahan Anda sendiri, serta untuk berfungsi sebagai alat-Nya. Firman telah datang dan di dalam tangan-Nya ada kekayaan yang mulia. Karunia-Nya adalah satu-satunya alat yang dapat menjinakkan lidah manusia!
Hal ketiga di dalam daftar sumber daya yang diberikan Paulus adalah kuasa. Paulus mengatakan, "Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya" (Efesus 1:19). Karena karya Sang Firman, kita mempunyai kuasa untuk menang dari perang yang menjadi penyebab pergumulan kita dengan kata-kata. Kita tidak bergumul dalam komunikasi hanya karena kita kekurangan ketrampilan atau kata-kata. Masalah kita adalah ketidakberdayaan. Masalah kita adalah ketidakmampuan. Itulah sebabnya Yakobus mengajukan pertanyaan retorika, siapa yang dapat menjinakkan lidah? Jawaban Alkitab yang terbaik untuk pertanyaan ini adalah tidak seorang pun di dunia ini yang mampu! Tetapi Kristus telah datang, dengan menunjukkan kuasa-Nya dalam pelayanan-Nya, menjalankan kuasa- Nya terhadap kejahatan di atas salib, dan memberkati umat-Nya dengan kuasa di dalam pribadi Roh Kudus yang berdiam di dalam mereka. Paulus mengatakan bahwa Allah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, sedang bekerja dengan kuasa- Nya di dalam kita (lihat Efesus 3:20).
Perhatikan ini sebentar. Allah tidak mengeluarkan serangkaian perintah agung dan tinggi, kemudian duduk bersandar untuk melihat apakah kita mentaatinya. Tidak, Dia memahami bahwa dosa kita telah membuat kita tidak berdaya, dan bahwa kita tidak akan mengetahui apa yang kita perlu ketahui dan tidak dapat melakukan apa yang perlu kita lakukan tanpa Dia. Oleh sebab itu Dia telah membebaskan kita dan masuk ke dalam diri kita dengan Roh-Nya. Kuasa-Nya yang tidak terbayangkan ada di dalam kita! Dan bukan hanya di dalam, kuasa-Nya sedang bekerja! Paulus mengatakan bahwa kita telah diberikan kuasa yang hanya dapat dibandingkan dengan kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari kematian.
Ini mengubah segala sesuatu. Sang Firman telah menjadikan kita tempat tinggal-Nya sehingga kita mempunyai kuasa untuk berbicara seperti yang telah dirancang-Nya. Di dalam Dia apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Perang dapat dimenangkan. Lidah dapat dijinakkan sehingga bukan lagi menjadi alat kejahatan, melainkan penghasil kebaikan.
Apa yang membuat buku ini berbeda dari buku komunikasi yang lain bukanlah besarnya perbendaharaan hikmat dan pengalaman dari penulis buku. Tetapi hanya satu: Injil. Injil mengubah sama sekali cara kita memahami dan melakukan perang dengan kata-kata yang merupakan bagian terbesar dari pegumulan manusia.
Injil menghindarkan kita dari model komunikasi kekuatan independen yang mengasumsikan bahwa masalah kita dapat diselesaikan dengan pemahaman dan ketrampilan yang benar. Injil memaksa kita untuk menghadapi ketidakmampuan kita. Injil juga menghindarkan kita dari model komunikasi lemah dan tidak mampu yang membuat kita melihat target Tuhan dan mengatakan, "Kalau saja kita sanggup!" Di dalam Kristus kita merangkul ketidakmampuan dan kemampuan. Firman datang dan memenuhi kita dengan kuasa-Nya karena kita begitu lemah. Tetapi di dalam Kristus, kita yang dulunya tidak sanggup berdiri, sekarang sanggup berdiri!
Terapkan ini ke dalam dunia pembicaraan Anda. Kuasa telah diberikan. Ia tinggal di dalam Anda oleh Roh dan menjangkau sampai kelemahan komunikasi Anda yang terdalam. Hai, istri, Anda menyangkal Injil jika Anda melihat suami Anda lalu berkata kepada diri Anda sendiri, "Untuk apa lagi? Dia tidak dapat berubah." Hai, suami, Anda menyangkal Injil dengan membela diri dan merasa benar sendiri ketika istri Anda mencoba berbicara kepada Anda tentang dosa di dalam percakapan Anda. Hai, orang tua, Anda menyangkal Injil ketika Anda membiarkan komunikasi Anda dengan anak Anda dikuasai oleh emosi dan keinginan yang tidak terkendalikan. Karena Firman telah datang dan telah memberikan kepada kita kuasa-Nya, kita dapat melangkah maju dengan penuh keberanian, percaya bahwa kita akan berkembang dalam dunia pembicaraan kita.
Karena kehadiran Roh Allah yang tinggal di dalam kita, ada harapan bahwa lidah dapat melakukan kebaikan yang telah ditentukan Allah. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa kita terlalu lemah ("Kalau saja saya lebih beriman" atau "Kalau saja saya sedikit lebih berani atau "Kalau saja saya dapat memikirkan hal yang tepat untuk dikatakan"). Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menyalahkan kepribadian kita ("Saya orangnya terbuka" atau "Saya sangat pemalu" atau "Maaf, saya bukan orang yang mudah bangun pagi"). Tidak seorang pun dari kita yang dapat menyalahkan masa lalu kita ("Saya tidak pernah diberikan contoh komunikasi yang baik" atau "Saya selalu diajarkan untuk melawan" atau "Orang tua saya tidak pernah sungguh-sungguh memakai waktu untuk mengajar kami"). Tidak seorang pun dari kita yang boleh menyalahkan orang-orang di sekeliling kita ("Kalau saja saya mempunyai anak-anak yang lebih penurut" atau "Kalau saja suami saya lebih mengasihi dan lebih perhatian, maka saya akan ..." atau "Kalau saja istriku tidak selalu mengkritik saya" atau "Kalau saja majikan saya lebih menghargai apa yang saya lakukan bagi dia setiap hari"). Tidak seorang pun di antara kita yang boleh menyalahkan situasi kita sekarang ini ("Kalau saja saya mempunyai lebih banyak waktu" atau "Kalau saja pekerjaan saya tidak begitu banyak menuntut saya").
Benar, kita hidup dengan orang berdosa, jadwal kita padat, banyak di antara kita dibesarkan di lingkungan yang negatif, dan kita semua telah diberikan kepribadian yang berbeda yang membantu dan menghambat kita dalam berbagai cara. Tetapi ini yang penting: Allah telah memberikan kita Roh-Nya, bukan sekalipun, melainkan oleh karena kenyataan ini. Roh Kudus diberikan agar kita dapat melakukan kehendak Allah sekalipun kita adalah orang berdosa di dunia yang berdosa, sehingga hidup dan kuasa-Nya dapat menutupi semua akibat dosa kita sendiri dan dosa orang lain terhadap kita, sehingga kita benar-benar dapat melakukan kehendak Allah! Kuasa-Nya tidaklah jauh atau terlelap, tetapi sedang bekerja di dalam kita! Kita dapat berbicara menurut standar Allah dan menurut rancangan-Nya karena Dia hidup di dalam kita dengan kuasa yang aktif.
PEMERINTAHAN KRISTUS YANG PERSONAL DAN YANG MENEBUS
Kata terakhir yang merangkum sumber daya yang telah dikaruniakan kepada kita di dalam Kristus adalah kendali. Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah "Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh- Nya" (Efesus 1:22-23). Tidak ada situasi yang akan kita hadapi yang tidak dikendalikan oleh Kristus. Kehidupan kita tidak berada di luar kendali. Kristus secara hati-hati mengaturnya demi kebaikan kita dan kemuliaan-Nya.
Konsep tentang pengepalaan dan kendali Kristus secara tepat masuk ke dalam komunikasi kita yang paling bermasalah. Sering kata-kata kita menunjukkan suatu usaha untuk mengendalikan segala sesuatu demi kepentingan kita. Kita didorong oleh suatu perasaan pribadi tentang apa yang kita inginkan atau apa yang kita anggap baik, sehingga kita berbicara dengan cara yang menjamin bahwa kita akan mendapatkannya. Kita membela diri, menuduh, menimbulkan rasa bersalah, memanipulasi, merasionalisasi, bertengkar, mendesak, memohon, atau mengancam, semuanya dengan tujuan mengendalikan seseorang atau suatu situasi.
Adakalanya kita melakukannya karena rasa takut. Rasanya sungguh seolah-olah kehidupan kita sedang berguling di luar kendali kita. Memang kelihatannya orang-orang di sekeliling kita sedang menghambat apa yang kelihatannya paling baik. Kelihatannya tepat bagi kita untuk mengambil kendali, kalau tidak, apa yang akan terjadi? Tetapi pembicaraan yang didorong rasa takut melupakan salah satu janji paling berharga dari Injil: bahwa Kristus sekarang ini, pada saat ini, sedang mengendalikan segala sesuatu bagi kebaikan kita secara khusus sebagai anak-anak Allah. Mungkin saya tidak selalu melihat tangan-Nya dan saya tidak selalu melihat kebaikan yang Dia lakukan, tetapi Dia tetap aktif dan memegang kendali. Komunikasi yang mencoba untuk mencari keamanan pribadi dengan mengambil kendali telah melupakan salah satu karunia paling manis dari Firman, yaitu kendali Allah atas segala sesuatu bagi anak-anak-Nya.
Cara lain untuk mengatakan hal ini adalah bahwa kata-kata kita sering menunjukkan bahwa kita tidak begitu percaya kepada Tuhan karena kita mencoba menjadi Dia. Kita mencoba melakukan dengan kata-kata kita apa yang hanya dapat dilakukan-Nya.
Sebagai contoh, seorang ayah tidak seharusnya begitu takut pada apa yang akan terjadi pada anaknya sampai-sampai dia mencoba melakukan dengan kata-katanya apa yang hanya dapat dilakukan Allah dengan anugerah-Nya, "Kalau ini adalah hal terakhir yang akan saya lakukan, saya akan membuat kamu, menghormati saya" (ancaman). "Pikirkan semua kerja keras kami, pikirkan semua uang yang kami keluarkan, pikirkan semua waktu yang kami tanamkan -- apakah ini ucapan terima kasih yang kami dapatkan?" (rasa bersalah). "Ingat mobil yang kamu minta untuk ulang tahunmu? Kalau kamu ____, kita tidak tahu -- mungkin kamu akan memegang kuncinya" (manipulasi). Dalam masing-masing contoh, pembicara mencoba memutar hati anaknya dengan sejenis alat verbal.
Tetapi usaha untuk mengendalikan dengan kata-kata tidak selalu muncul dari rasa takut. Usaha ini sering juga timbul dari keangkuhan. Sebagai orang berdosa, kita cenderung mementingkan diri sendiri. Kita cenderung bergumul dengan rasa puas diri dan memasuki setiap keadaan penuh dengan keinginan kita sendiri.
Ketika saya bangun pagi, sering sekali orang pertama yang saya pikirkan adalah saya! Saya sudah dipenuhi dengan keinginan saya sendiri, membayangkan di dalam pikiran saya seperti apa hari itu jadinya. Ketika saya duduk di kantor dan telepon berbunyi, saya sering berpikir, "Apa lagi?" karena takut kalau-kalau seseorang akan mengganggu rencana saya. Ketika saya pulang sambil mengemudikan mobil di malam hari, saya sering memimpikan seperti apa malam itu, mengkuatirkan bencana apa yang akan dibawa orang lain ke dalam rumah yang akan merusak mimpi saya. Kata-kata kita sering menunjukkan betapa kita berfokus pada diri sendiri dan betapa inginnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan dari orang lain.
"Tidak dapatkah saya menikmati kedamaian satu malam saja!" teriak seorang ayah kepada anaknya yang datang meminta bantuannya untuk proyek yang perlu waktu semalam suntuk. "Saya rasa kamu tidak sungguh- sungguh mencintai saya!" kata seorang istri kepada suaminya yang keluar dengan bergegas karena sudah terlambat dan sekarang menjadi marah dan frustrasi pula. Kata-kata si istri terfokus pada diri sendiri, dikatakan pada waktu yang tidak tepat, dan tidak mempedulikan kebutuhan suaminya. "Kalau saya tidak tinggal di sini, separuh dari persoalan saya akan selesai!" gerutu seorang remaja yang ditegur karena sikapnya yang buruk. Karena didorong oleh keinginannya, dia balik menyerang orang tuanya yang kelihatan selalu menghambatnya.
Injil membahas pergumulan ini juga. Kristus memanggil kita untuk suatu agenda yang lebih tinggi daripada kesenangan kita sendiri. Kristus mengendalikan segala sesuatu bagi kita, tetapi pengendalian-Nya bukan dilakukan demi kesenangan kita. Kita dipanggil untuk mentaati Kristus agar kita menjadi kudus dan supaya kekudusan kita memberikan kemuliaan kepada-Nya.
Sang Firman telah datang dan telah membawa ke dalam dunia kita pengendalian yang mulia, menyeluruh, setia, dan menebus. Pembicaraan kita harus bersumber pada kedamaian yang kita temukan di dalam pengendalian-Nya.
Sumber daya yang tersedia dalam Kristus merupakan satu-satunya harapan kita agar kata-kata kita dapat diucapkan sesuai dengan standar-Nya dan menurut rancangan-Nya. Di dalam Firman kita menemukan harapan ketika segala sesuatu sepertinya tidak ada harapan, kita menemukan kekayaan ketika kita merasa miskin, kita menemukan kuasa ketika kita melihat kelemahan kita, dan kita menemukan pengendalian ketika segala sesuatu di sekeliling kita kelihatannya di luar kendali.
INJIL DAN PEMBICARAAN ANDA
Pembicaraan yang utuh dari tubuh Kristus di rumah, gereja, atau tempat kerja berakar pada kenyataan Injil yang mulia. Firman telah datang dan membawa beserta-Nya segala sesuatu yang kita butuhkan untuk melalui kehidupan dengan pembicaraan yang saleh. Karena Dia telah datang, kita dapat mempunyai harapan bahwa kata-kata kita akan mengikuti pola dari Sang Pembicara Agung dan bukan mengikuti si Pendusta Besar itu. Firman telah datang untuk membebaskan kita dari kerusakan besar yang ditimbulkan kejatuhan, dimana karunia komunikasi yang luar biasa menjadi dunia kesusahan yang mengerikan. Kristus telah datang untuk menjinakkan apa yang tidak akan pernah dijinakkan manusia. Dia telah datang untuk memakai apa yang kelihatannya tidak dapat dipakai bagi tujuan-Nya. Dia telah datang untuk memberikan kepada kita kekayaan yang mulia dan kuasa yang tidak terimbangi sehingga lidah kita dapat dipakai sebagai alat kebenaran-Nya. Dunia pembicaraan kita tidak perlu menjadi dunia kesulitan karena satu alasan yang andal ini: Firman telah datang.
PENDALAMAN DAN PENERAPAN PRIBADI: KRISTUS DAN PEMBICARAAN ANDA
Ujilah pembicaraan Anda dengan orang lain minggu ini. Apakah pembicaraan Anda dibangun di atas fondasi kokoh yang telah Kristus dirikan bagi kita? Contohnya:
Apakah Anda dengan rendah hati mengakui ketidakmampuan Anda dan memohon pertolongan Tuhan sebelum tiba waktunya untuk melakukan komunikasi yang penting?
Dalam hubungan Anda yang penting, apakah Anda mencoba melakukan dengan kata-kata hal yang hanya dapat dilakukan Tuhan dengan anugerah dan kuasa-Nya?
Apakah Anda menjadi korban keputusasaan sehingga Anda tidak mau berbicara ketika kata-kata Anda dibutuhkan atau menyerah pada pola pembicaraan yang berdosa?
Apakah Anda mau mengakui kelemahan Anda dalam komunikasi, mengenal adanya tema yang timbul berulang-ulang, mengaku pada Tuhan dan orang-orang yang telah Anda sakiti, dan berkomitmen pada pola pembicaraan yang baru? (Semua ini didasarkan pada merangkul janji Kristus bahwa kekuatan-Nya disempurnakan di dalam kelemahan kita.)
Apakah Anda mampu memikirkan dengan rendah hati apa yang ditunjukkan orang lain sebagai dosa dalam pembicaraan Anda?
Ataukah Anda menyangkal, merasionalisasi, menyerang balik, mencari kambing hitam, atau bersenang-senang di dalam kegagalan Anda?
Apakah Anda bersyukur kepada Tuhan setiap hari atas karunia-Nya, dan harapan yang diberikan sehingga Anda dapat berbicara dengan memberkati orang lain dan memuliakan-Nya?
Bacalah Efesus 1:15-23. Mintalah Tuhan untuk membuka mata Anda terhadap kebaikan yang mulia dari karya Kristus dan harapan yang diberikan bagi kata-kata Anda. Mintalah agar Dia menunjukkan kepada Anda di mana perubahan dibutuhkan dan melangkahlah dengan iman. Terakhir, tinggallah di dalam kenyataan akan apa yang dikatakan Yohanes tentang Firman itu: "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yohanes 1:16), dan percaya bahwa aliran anugerah-Nya yang terus menerus mengalir dapat mengubah dunia pembicaraan Anda secara radikal.
Bahan di atas dikutip dari sumber:
Judul buku : War of Words
Penulis : Paul David Tripp
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Halaman : 53 - 66
~ AP ~