SUMPAH PALSU

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat” (Matius 5:37).Empat murid SMU terlambat masuk sekolah. Mereka masuk ke dalam kelas dengan memberikan alasan bahwa mobil yang mereka kendarai gembos. Bu guru hanya tersenyum dan berkata bahwa ujian baru saja diadakan dan jawaban sudah dikumpulkan. Tetapi Bu Guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan ujian baru. Empat murid yang terlambat itu disuruh berdiri di setiap pojok kelas dengan membawa secarik kertas dan pulpen. Pertanyaannya: ban manakah yang tadi pagi gembos?

Tahukah Anda apa jawaban mereka? Ada yang menjawab ban depan kiri, ban depan kanan, ban belakang kiri, dan ban belakang kanan. Kebohongan yang terungkap tanpa bisa dicegah!

Alkitab menyatakan bahwa semua kebohongan berasal dari iblis, sebab dia adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Apabila kita berdusta, maka kita bukan berbicara berdasarkan inspirasi Roh Kudus, tetapi inspirasi setan. Dulunya, sebelum kita dilahirkan kembali, kita dikenal sebagai manusia yang mempunyai sifat dasar sebagai pembohong. Apa kata Alkitab tentang manusia? “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat” (Mzm. 58:4). “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm. 51:7).

Karena itu Yesus mengajarkan bahwa kita harus berbicara benar. Dalam salah satu ajaran Mishnah (berisi 63 poin mengenai hukum Yahudi) dikatakan bahwa sumpah dibagi dua: mengikat dan tidak mengikat. Tetapi, apa sih sebenarnya arti sumpah itu? Dan bolehkah orang Kristen bersumpah?

Sumpah, menurut Alkitab adalah tindakan ibadah, karena setiap orang yang bersumpah melibatkan Allah sebagai saksi. Jadi pengertian bahwa tidak ada sumpah yang tidak mengikat itu suatu anggapan yang keliru. Dalam PL kita menemukan bagaimana Allah bersumpah kepada umat-Nya (Mzm. 110:4; 132:11; Yes. 45:23; Ibr. 6:13-17).

Dalam beberapa kesempatan, Rasul Paulus mengikatkan dirinya dalam sebuah perjanjian, seperti perkataannya, “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku…..” (2 Kor. 1:23); “Sebab Allah adalah saksiku…..” (Fil. 1:8); “Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta” (Gal. 1:20).

Pertanyaannya, apakah Paulus mengucapkan sumpah? Saya tidak bermaksud mempertentangkan apakah orang Kristen bersumpah ataukah tidak, tetapi yang penting di sini adalah BERBICARA DENGAN BENAR! Banyak orang Kristen mengucapkan janji, bahkan dengan embel-embel perkataan “Allah adalah saksiku” tetapi apa yang diucapkannya itu kebohongan belaka. Mereka belum sadar bahwa melibatkan Allah dalam setiap perkataan atau janji merupakan tindakan yang serius. Allah akan menuntut setiap perkataan yang main-main dan menyepelekan Allah sebagai saksi.

Jangan membiasakan diri berjanji tetapi tidak mau menepatinya. Anda bukanlah manusia lama tetapi manusia baru yang telah mengenakan Kristus. Perbaharui perkataan Anda dan jangan main-main dengan ucapan Anda.

Jangan berjanji bila kau tak dapat menepatinya.

Sumber : Salib.net